Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Inilah Alat Deteksi Janin Portabel Pertama di Dunia, Karya Anak Bangsa

Kompas.com - 19/12/2019, 18:03 WIB
Ellyvon Pranita,
Sri Anindiati Nursastri

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Gaung pemerintah terhadap pembangunan manusia yang unggul, sehat dan berkualitas menjadi sumber inovasi bagi anak bangsa untuk menciptakan teknologi yang bermanfaat dalam bidang kesehatan.

Indonesia memanfaatkan fungsi Cardiotocography (CTG), tetapi dalam bentuk portabel yang mudah digunakan dan dibawa oleh pelayan medis tingkat pertama atau bidan.

Co-Founder dan Chief Executive Officer Sehati Group, dr Ari Waluyo menjelaskan bahwa TeleCTG yang pertama di dunia ini,setelah diluncurkan pada tahun 2016 lalu. Saat ini, TeleCTG telah diikuti oleh negara lain yaitu Polandia dan Singapura.

Apa itu TeleCTG?

TeleCTG adalah alat CTG berbasis portabel yang digunakan untuk memantau denyut jantung janin dan kontraksi rahim.

Menurut Ari, serangkaian aplikasi yang terintegrasi ini lahir dari analisa terhadap kondisi kesehatan saat ini, di mana penurunan Angka Kematian Ibu (AKI), Angka Kematian Bayi (AKB) dan juga stunting menjadi prioritas pemerintah.

"Saya juga mengajar bidan di daerah-daerah, mereka juga butuh alat yang bisa membantu mereka yakin mengambil keputusan terhadap ibu hamil," kata Ari dalam acara bertajuk Peran Telehealth dalam Membangun Manusia Indonesia yang Unggul, Sehat dan Berkualitas, Jakarta, Senin (16/12/2019).

IlustrasiShutterstock Ilustrasi

Sementara berdasarkan data, jumlah AKI di Indonesia adalah sebesar 305 jiwa per 100.000 ibu, sedangkan AKB sebesar 24 jiwa per 1.000 bayi. Aangka stunting di Indonesia sebesar 30,8 persen (angka ini jauh dari batas maksimal yang ditetapkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia/ WHO yaitu sebesar 20 persen).

"Itu artinya, tiap jam ada dua ibu meninggal dunia saat melahirkan dan tujuh bayi meninggal sebelum usia 40 hari," ujarnya.

Fungsi dan cara kerja TeleCTG

TeleCTG (CTG Portabel) ini berfungsi untuk mencatat detak dan irama jantung bayi, memonitor gerakan janin, dan mencatat kontraksi ibu hamil. Dengan kata lain, fungsinya sama seperti CTG konvensional.

Pada saat pemeriksaan, bidan hanya perlu memasangkan peralatan yang ada. Ibu akan diminta menekan sebuah alat yang akan menghitung berapa kali bayi bergerak di dalamnya, dan CTG berbasis portebel akan mencatat semua yang terjadi di dalam janin ibu.

Selanjutnya, bidan hanya perlu input atau menstransfer data yang ada di portebel TeleCTG untuk dapat segera diterima di dashboard utama sebagai pusat kontrol umum catatan semua ibu hamil.

Co-Founder dan CPO Sehati, Abraham Auzan (kiri) memberikan penjelasan tentang alat medis, TeleCTG di kantornya, Jakarta Selatan, Jumat (22/3/2019).KOMPAS.com/MURTI ALI LINGGA Co-Founder dan CPO Sehati, Abraham Auzan (kiri) memberikan penjelasan tentang alat medis, TeleCTG di kantornya, Jakarta Selatan, Jumat (22/3/2019).

Lalu apabila ibu hamil mengalami kontraksi, bidan juga akan dapat dengan segera berkonsultasi dengan mengirimkan data tersebut ke pusat konsultasi yang disediakan. Bidan dan akan berhubungan langsung dengan dokter kandungan.

Ketika dokter telah menerima data, maka tindak lanjut yang tepat akan segera diberlakukan kepada ibu hamil tersebut. Semua riwayat pemerikasaan yang dilakukan terhadap ibu tersebut juga akan tersimpan secara otomatis.

"78,6 persen komplikasi dapat dikendalikan dan dicegah terhadap ibu hamil," kata dia.

Baca juga: Kasus Irish Bella, Twin to Twin Transfusion Syndrome Kerap Dialami Janin Kembar

Hal inilah yang diyakini dapat menurunkan AKI, AKB, dan stunting intra-uterine terjadi.

Hingga saat ini solusi Sehati TeleCTG ini telah digunakan oleh 20.000 ibu hamil dan lebih dari 10.500 bidan di 11 provinsi dan 27 kabupaten di Indonesia, yang beroperasi di daerah terpencil maupun perkotaan.

Beberapa kabupaten yang telah menggunakan solusi ini adalah Indramayu dan Kupang, hasil kerjasama antara Sehati Group dengan Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (PDTT) dan Dinas Kesehatan setempat.

"Di Kabupaten Indramayu dan Kupang, kita telah berhasil menurunkan jumlah ibu dan bayi yang meninggal, mendeteksi faktor risiko, meningkatkan angka rujukan dini, dan identifikasi faktor risiko yang berpotensi menyebabkan stunting intra-uterine," ujarnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com