Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bentuk Rahang Ini Dimiliki Keturunan Ningrat Eropa, Ilmuwan Jelaskan Sebabnya

Kompas.com - 18/12/2019, 18:03 WIB
Amalia Zhahrina,
Sri Anindiati Nursastri

Tim Redaksi

KOMPAS.COM - Berabad-abad lamanya, perkawinan sedarah di kalangan bangsawan Eropa menghasilkan kelainan bentuk wajah yang dikenal sebagai "rahang Habsburg”.

Dalam medis, kondisi ini dikenal sebagai prognatisme mandibular. Di mana rahang bawah jauh lebih menonjol daripada rahang atas.

Saat itu, tidak ada penelitian meyakinkan dengan mengaitkan kondisi wajah yang khas dengan perkawinan sedarah mereka.

Kondisi genetis ini berakhir karena kematian keluarga, yaitu raja Habsburg terakhir, Charles II yang tidak memiliki keturunan sebagai pewaris.

"Dinasti Habsburg adalah salah satu yang paling berpengaruh di Eropa, tetapi menjadi terkenal karena perkawinan sedarah, yang akhirnya menjadi kejatuhannya," kata ketua peneliti studi tersebut, Profesor Roman Vilas, dari Universitas Santiago de Compostela.

Baca juga: Greater Adria, Benua Tersembunyi di Bawah Eropa

"Kami menunjukkan untuk pertama kalinya bahwa ada hubungan yang jelas dan positif antara kawin sedarah dan penampilan rahang Habsburg," kata Profesor Vilas seperti dikutip dari The Independent (03/12/2019).

Vilas menjelaskan penelitiannya berdasarkan tokoh-tokoh sejarah. Menurutnya, penyelidikan ini sangat penting karena perkawinan sedarah masih umum di beberapa wilayah geografis di antara beberapa kelompok agama dan etnis.

 

"Dinasti Habsburg berfungsi sebagai semacam laboratorium manusia bagi para peneliti untuk melakukannya, karena kisaran perkawinan sedarah sangat tinggi," sambung Vilas.

Sebuah penelitian yang diterbitkan dalam Annals of Human Biology  menjelaskan para peneliti merekrut 10 ahli bedah wajah spesialis dan menggunakan 66 potret untuk mendiagnosis kondisi di 15 anggota dinasti Habsburg.

Baca juga: Penemuan yang Mengubah Dunia: Ikan Asin, Bantu Eropa Temukan Dunia Baru

Meskipun terdapat perbedaan gaya artistik, potret-potret itu dikarakteristikkan dengan pendekatan realistis pada wajah manusia.

Para ahli bedah diminta untuk mendiagnosis 11 fitur prognathisme mandibula, serta tujuh fitur defisiensi rahang atas yang paling dikenal dengan bibir bawah yang menonjol dan ujung hidung yang menjorok.

Potret-potret itu berasal dari museum seni paling terkenal di dunia, yaitu Museum Kunsthistorisches di Wina dan Museum Prado di Madrid.

Selanjutnya, para ahli bedah memberikan skor untuk tingkat prognathisme mandibula dan defisiensi rahang atas pada setiap anggota keluarga Habsburg.

Perbandingan rahang bawah orang utan (Pongo. sp), Homo erectus, dan fragmen fosil Meganthropus.Senckenberg Reseach Institute and Natural History Museum Perbandingan rahang bawah orang utan (Pongo. sp), Homo erectus, dan fragmen fosil Meganthropus.

Hasilnya, Rahang Habsburg paling menonjol dialami oleh Philip IV, seorang raja Spanyol sampai 1665.

Sebaliknya, Mary of Burgundy, yang menikah pada tahun 1477, menunjukkan tingkat paling rendah dari kedua sifat tersebut.

Kekurangan rahang atas didiagnosis paling tinggi pada lima anggota keluarga Habsburg, termasuk Charles II.

Baca juga: Gadis Kecil Ini Lahir Tanpa Tulang Rahang

Para peneliti mendeteksi hubungan yang kuat antara tingkat perkawinan sedarah dan luasnya rahang Habsburg. Hubungan dengan defisiensi maxillary juga positif, tetapi hanya signifikan secara statistik pada dua dari tujuh fitur yang didiagnosis.

Penyebab hubungan antara perkawinan sedarah dan deformitas wajah masih belum jelas. Namun, penelitian menyimpulkan kondisi itu terjadi karena perkawinan antara saudara sehingga meningkatkan keturunan mewarisi bentuk gen yang identik dari kedua orang tua.

Ini mengurangi kebugaran genetik seseorang, artinya rahang Habsburg harus dianggap sebagai kondisi resesif.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com