Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Riset Terbaru: Laki-laki di Negara Miskin Lebih Berisiko Depresi

Kompas.com - 13/12/2019, 12:26 WIB
Gloria Setyvani Putri

Editor

KOMPAS.com - Depresi adalah penyebab utama gangguan jiwa di seluruh dunia. Jika tidak ditangani, depresi dapat mendorong penyalahgunaan obat, kecemasan, bahkan bunuh diri.

Depresi adalah kondisi yang mempengaruhi banyak orang, yang menyebabkan hilangnya kesenangan dalam kegiatan yang awalnya membawa kegembiraan.

Depresi juga dapat menyebabkan perasaan tidak berharga, ketidakseimbangan seperti tidur berlebihan atau susah tidur, dan memicu pikiran untuk bunuh diri.

Kondisi inilah yang yang diteliti oleh Olivia Remes, kandidat doktor di University of Cambridge. 

Dia menemukan, pria yang tinggal di negara miskin lebih mungkin mengalami depresi. Namun, hal ini tidak ditemukan pada wanita.

Baca juga: Kang Daniel Rehat karena Depresi, Kenali Gejala dan Penanganannya

Remes menjelaskan, ada beberapa faktor risiko yang dapat menyebabkan seseorang mengalami risiko berat.

"Pernah didiagnosis mengidap penyakit kronis serius, seperti diabetes atau kanker, sekarang atau di masa lalu, dapat meningkatkan risiko Anda terpapar depresi," kata Remes.

Selain itu, trauma di masa lalu seperti pelecehan fisik atau seksual, dibesarkan dalam keluarga yang disfungsional juga bisa memicu depresi.

"Bagaimanapun, hal-hal tadi adalah keadaan pribadi yang dapat mempengaruhi kesehatan mental Anda secara negatif. Sebagian besar penelitian tentang depresi memang berfokus pada faktor-faktor pribadi seperti itu," katanya.

Namun, ada faktor risiko eksternal yang bisa menyebabkan seseorang mengalami depresi. Salah satunya latar belakang tempat tinggal kita.

Penelitian sebelumnya menemukan, situasi kawasan masyarakat ekonomi bawah dapat menggangu kesehatan fisik penduduk daerah itu, bahkan berujung kematian dini.

Remes dan tim kemudian menindaklanjuti penelitian tersebut. Dia dan tim ingin mengatahui apakah tinggal di daerah miskin juga dapat berdampak bagi kesehatan mental penduduk pria dan wanita. Faktor pribadi turut diperhitungkan dalam kajian ini.

Temuannya

Untuk menjawab pertanyaan itu, Remes menggunakan data dari salah satu penelitian terpanjang di Inggris tentang kesehatan, penyakit kronis, dan cara orang menjalani kehidupan mereka: EPIC-Norfolk.

Studi tersebut dilakukan pada lebih dari 20 ribu responden yang mengisi kuesioner rinci tentang kesehatan mental dan riwayat medis mereka.

Kode pos responden dikaitkan dengan survei ini untuk menentukan apakah mereka tinggal di komunitas bawah.

Lima tahun perhitungan tingkat 'kemisikinan', peserta mengisi kuesioner psikososial untuk menentukan apakah mereka menderita gangguan depresi mayor.

Menggunakan teknik statistik, hubungan antara kawasan miskin dan depresi diperiksa. Perhitungan juga mencakup riwayat medis, pendidikan, kelas sosial, dan faktor penting lainnya.

"Studi kami menyimpulkan, tinggal di daerah ekonomi bawah memang mempengaruhi kesehatan mental, setidaknya pada pria," ungkapnya.

Mereka menemukan, pria yang tinggal di daerah yang paling miskin memiliki kemungkinan 51 persen lebih besar mengalami depresi daripada mereka yang tinggal di daerah yang tidak berkekurangan.

Menariknya, hasilnya survei tidak menunjukkan hubungan kausalitas terhadap wanita.

"Studi kami tidak menentukan alasan mengapa fenomena itu mungkin terjadi. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk menjawab pertanyaan tersebut," kata Remes.

Meskipun demikian, ada kemungkinan banyak pria di Inggris dan di bagian dunia lainnya masih merasakan tanggung jawab utama untuk menyediakan nafkah dan mendukung keberlangsungan keluarga mereka.

Sebuah studi baru-baru ini menyelidiki risiko depresi pria dan wanita. Tujuan kajian itu untuk menunjukkan bahwa pria lebih dipengaruhi 'kegagalan pada tugas utama, seperti capaian kerja dan kegagalan untuk menyediakan nafkah untuk keluarga secara memadai".

Penelitian menunjukkan bahwa pria tampaknya lebih sensitif terhadap faktor stres tertentu di tempat tinggal mereka, seperti pekerjaan dan keuangan. Hal itu tidak terjadi pada wanita.

Di sisi lain, tingkat depresi wanita lebih dipengaruhi faktor yang berasal dari hubungan dan jejaring pergaulan mereka.

Faktor seperti kehangatan orang tua yang rendah dan kepuasan terhadap rumah tangga yang rendah, misalnya, adalah yang benar-benar dapat memengaruhi kesehatan psikologi wanita.

Banyak faktor yang mungkin ada di balik kecenderungan ini. Namun di Inggris, pria tiga kali lebih mungkin meninggal karena bunuh diri daripada wanita. Akar penyebab mengapa pria bergelut dengan situasi itu masih harus diselidiki.

Sementara itu, di daerah miskin, wanita berisiko lebih rendah mengalami depresi ketimbang pria. Kajian lain menunjukkan, wanita lebih cenderung cemas.

Baca juga: #WeAreWithDaniel, Bukti Nyata Ujaran Kebencian Picu Depresi

Sekali lagi, penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengukur pada dampak lingkungan perumahan terhadap pada kesehatan mental dari perspektif gender.

Banyak orang hidup dalam kekurangan di seluruh dunia dan depresi adalah penyebab utama kecacatan pada skala global.

"Mengetahui bagaimana pria dan wanita dipengaruhi kesulitan hidup dalam kemiskinan dapat membantu memfokuskan perawatan kesehatan psikologi. Kajian ini merupakan langkah maju yang berharga," catatnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com