Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 12/12/2019, 21:57 WIB
Shierine Wangsa Wibawa

Penulis

KOMPAS.com - Selain Harbolnas, rupanya ada satu lagi yang spesial hari Kamis ini, 12 Desember 2019, yaitu terjadinya Bulan purnama terakhir dekade ini.

Lewat pesan singkat yang diterima oleh Kompas.com pada Kamis (12/12/2019), astronom amatir Ma'rufin Sudibyo berkata bahwa secara teknis, fase purnama (oposisi Bulan) memang terjadi pada pukul 12.15 WIB siang tadi.

Namun, dalam praktiknya Bulan purnama dinisbatkan sebagai kondisi Bulan dengan fase yang tertinggi selama 24 jam penuh dalam waktu lokal; sehingga bagi Indonesia, Bulan purnama adalah Bulan yang tampak di langit setelah Matahari terbenam pada Kamis senja, 12 Desember 2019, hingga Matahari terbit keesokan paginya pada Jumat fajar, 13 Desember 2019.

Meskipun merupakan purnama terakhir dalam dekade ini, Bulan kali ini tampak dalam ukuran sedang, tidak yang terkecil saat purnama apogean (minimoon) maupun yang terbesar seperti saat purnama perigean (supermoon).

Baca juga: Puncak Hujan Meteor Geminid Besok Malam Bisa Terlihat, asal...

"Pada saat fase purnama terjadi, Bulan berjarak 381.000 km dari Bumi (centre to centre), atau sedikit lebih kecil dibanding jarak rata-ratanya yang 384.400 km," tulis Ma'rufin.

"Bulan menempati titik perigee-nya pada 18 Desember 2019 kelak dengan jarak 370.200 km. Sedangkan Bulan telah menempati titik apogee-nya pada 5 Desember 2019 kemarin dengan jarak 404.400 km," imbuhnya lagi.

Setelah dekade ini berakhir, purnama selanjutnya akan terjadi pada 10 Januari 2020.

Punya Banyak Nama

Bulan purnama yang terjadi pada bulan kalender Desember memiliki banyak nama.

Di Amerika Serikat, purnama ini juga dikenal sebagai Cold Moon.

Dituturkan oleh Ma'rufin, bangsa Amerika, khususnya para petaninya, memang menyebut Bulan purnama yang terjadi setiap Desember sebagai cold moon.

Baca juga: Fenomena Langit Bulan Ini, Hujan Meteor hingga Gerhana Matahari Cincin

"Dinamakan demikian merujuk pada tradisi suku Indian Algonquin (yang dulu tinggal di utara dan timur daratan AS) karena Bulan purnama ini merupakan yang terakhir di musim gugur dan terjadi pada malam yang dingin dan panjang," katanya.

Sementara itu, bangsa Eropa zaman dulu menyebut purnama pada bulan Desember sebagai Oak Moon karena berlangsung pada saat mistle toe (aksesoris natal) dipanen dari pohon-pohon oak saat masa Romawi kuno.

Namun demikian, kini bangsa Eropa lebih mengenal Long Night Moon untuk menyebut purnama Desember. Penyebabnya, purnama ini berdekatan waktu dengan titik balik musim dingin (winter solstice) pada Matahari.

Winter solstice yang terjadi pada tanggal 22 Desember merupakan hari dengan durasi malam terpanjang untuk belahan Bumi utara.

Alhasil, pada kawasan ekstrem seperti Skandinavia bagian utara, Long Night Moon bahkan terjadi kala Matahari tidak terbenam sama sekali (midnight sun).

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com