Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Alergi Obat Umumnya Bikin Bentol, tapi Ada Juga yang Picu Kematian

Kompas.com - 06/12/2019, 17:33 WIB
Gloria Setyvani Putri

Penulis

KOMPAS.com - Saat kita periksa karena sakit, dokter akan menanyakan apakah pasien memiliki alergi obat atau tidak.

Hal ini dilakukan untuk mencegah atau menghindari reaksi abnormal dari sistem imun saat melawan zat asing masuk ke tubuh, yang pada dasarnya tidak berbahaya. Zat ini disebut alergen.

Tidak seperti alergi debu atau serbuk bunga, alergi obat baru diketahui setelah pasien mengonsumsi obat.

"Jadi belum ada tes untuk alergi obat," kata Prof. Dr. dr. Ari Fahrial Syam, SpPD-KGEH, dekan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) kepada Kompas.com melalui sambungan telepon, Kamis (6/12/2019).

Baca juga: Hari AIDS Sedunia, Keberadaan Obat ARV Beri Harapan Hidup ODHA

Dilansir Hello Sehat, ketika tubuh menunjukkan reaksi tertentu artinya sistem kekebalan tubuh sedang mengidentifikasi obat sebagai zat asing dan ingin membuangnya dari tubuh.

Sistem kekebalan tubuh merespon zat asing dalam berbagai cara, yang semuanya mengarah pada peradangan. Respon peradangan ini dapat menyebabkan seseorang memiliki gejala seperti ruam, bentol, demam, atau gangguan pernapasan.

Alergi obat sendiri sebenarnya tidak umum terjadi. Menurut Organisasi Alergi Dunia (WAO), kondisi ini terjadi hanya pada 3 sampai 5 persen pasien yang dirawat di rumah sakit. Bahkan lebih dari 90 persen kasus alergi obat sebenarnya diakibatkan oleh hal lain.

Berbagai reaksi alergi obat, dari yang ringan sampai ekstrem

Reaksi alergi obat setidaknya dapat dibagi menjadi tiga macam, yakni:

1. Reaksi paling umum, kulit bentol

Reaksi paling umum dan paling ringan adalah peradangan pada kulit yang membuat bentol seperti biduran.

Ini sama halnya seperti orang yang memiliki alergi udang atau makanan tertentu.

Untuk alergi ringan, perawatan dan pengobatan dapat dilakukan dari rumah.

2. Sindrom Steven-Johnsons (SJS)

Reaksi alergi obat lain yang bisa muncul adalah Stevens-Johnsons syndrome (SJS) atau sindrom Steven-Johnson.

SJS cukup jarang terjadi di Indonesia, tapi merupakan kondisi serius. Penyakit SJS menyebabkan kulit penderita gatal, mengelupas, bahkan sampai melepuh akibat dari reaksi berlebih terhadap obat dan infeksi tertentu.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com