Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Satelit NASA Tangkap Citra Makam Misterius di Jepang, Begini Rupanya

Kompas.com - 06/12/2019, 11:22 WIB
Monika Novena,
Gloria Setyvani Putri

Tim Redaksi

Sumber Newsweek

KOMPAS.com - Daisenryo Kofun merupakan salah satu kuburan terbesar di dunia yang berada di kota Sakai, Jepang.

Makam-makam ini diperkirakan dibangun antara abad ke-4 dan ke-6, periode ketika masyarakat Jepang masih di bawah pengaruh China.

Meski masuk sebagai Situs Warisan Dunia, tak banyak yang diketahui mengenai makam tersebut.

Salah satu sebabnya karena tempat itu dianggap sebagai situs religius yang suci, sehingga penelitian arkeolog lebih lanjut di larang.

Baca juga: Ada Jutaan Mumi Burung Ibis di Makam Kuno Mesir, dari Mana Asalnya?

Namun berkat satelit yang dimililki NASA, wilayah komplek makam tersebut pun akhirnya dapat terpetakan. Satelit menangkap area tersebut cukup jelas dari luar angkasa.

"Air berwarna hitam, vegetasi berwarna hijau, dan area kota berwarna abu-abu," ungkap NASA dalam sebuah pernyataannya, dilansir Newsweek, Senin (2/12/2019).

Citra NASA juga memperlihatkan 2 kelompok utama kofun atau makam.

Situs pemakaman yang juga dikenal sebagai Mozu-Furuichi Kofun Group itu memiliki makam dengan bentuk yang beragam. Seperti misalnya lubang kunci, lingkaran, dan kotak.

Daisenryo Kofun sendiri adalah salah satu dari tiga makam terbesar di dunia di samping makam Kaisar Pertama di China dan Piramida Besar Raja Khufu di Mesir.

Situs ini mencakup areal seluas lebih dari 305 meter kali 457 meter persegi. Makam memiliki gundukan yang dikelilingi oleh parit.

Makam-makam itu diyakini milik masyarakat elit, salah satunya dipercaya berisi sisa-sisa Kaisar Nintoku, yang merupakan kaisar ke-16 Jepang dan memerintah pada abad ke-3.

Di makam-makam itu juga terdapat bermacam barang berharga termasuk senjata, ornamen, mangkuk, dan baju besi.

Baca juga: Tulang Anak Anjing di Makam China Kuno Buktikan Ritual Kurban

Sekitar 2000 orang pria juga diyakini dikerahkan untuk membangun komplek tersebut. Serta butuh setidaknya 20 tahun untuk merampungkan pekerjaan itu.

"Pada bagian dalam lahan hijau serta parit yang mengelilingi makam utama dilapisi dengan batu terlebih dahulu. Tak main-main perlu sebanyak 50 juta. Usaha untuk mengumpulkan batu dan membawanya tentu memerlukan tenaga yang sangat besar," kata Kazuo Ichinose, profesor arkeologi di Kyoto Tachibana University.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber Newsweek
Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com