Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Wabah Hepatitis A di Depok, Kemenkes Lakukan Penyelidikan Epidemiologi

Kompas.com - 05/12/2019, 12:32 WIB
Ellyvon Pranita,
Gloria Setyvani Putri

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Beberapa waktu lalu masyarakat sempat dihebohkan dengan kasus Hepatitis A di Depok. Penyakit menular ini menyerang puluhan siswa dan guru di SMPN 20 Depok, dan beberapa sekolah lain.

Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan (Kemenkes), dr Anung Sugihantono M.Kes mengatakan, sejak ditemukan kasus hepatitis A pada tanggal 12 November 2019 berdasarkan laporan dari petugas Puskesmas Rangkapan Jaya, Depok, jumlah kasus yang dilaporkan terus menurun.

Kasus terakhir ditemukan pada tanggal 28 November 2019 sebanyak 2 kasus. Total kasus sampai dengan tanggal 3 Desember 2019 sebanyak 262 kasus gejala klinis Hepatitis A.

"Sehubungan dengan peningkatan kasus Hepatitis A tersebut, Pemerintah Kota Depok telah merespon cepat dengan melakukan penetapan Kejadian Luar Biasa Hepatitis A," kata Anung, Jakarta, Rabu (4/12/2019).

Baca juga: Wabah Hepatitis A di Depok, Bisakah Berubah Jadi Hepatitis B?

Mengenai kejadian tersebut, Kementerian Kesehatan RI mulai bertindak dengan melaksanakan surveilans ketat.

Dituturkan oleh Anung, Tim Gerak Cepat (TGC) dari Kementerian Kesehatan RI, Dinkes Provinsi Jawa Barat dan Dinkes Kota Depok, masih terus melakukan Penyelidikan Epidemiologi (PE).

Penyelidikan Epidemiologi (PE) merupakan kegiatan yang bertujuan mengatasi masalah kesehatan, utamanya menanggulangi penyakit menular yang sedang terjadi di masyarakat, yang berpotensi menimbulkan Kejadian Luar Biasa (KLB).

Dalam kasus ini, PE dilakukan untuk mengurangi jumlah penderita dan mencegah kematian, serta mendapatkan informasi cepat, tepat, dan akurat terkait kasus-kasus baru.

"Hasil PE yang dilakukan oleh TGC 3 Desember 2019 telah diketahui jumlah kasus, Kasus Index (Case Index), dan kasus terakhir yang ditemukan," ujarnya.

Kasus Hepatitis A yang ditemukan berjumlah 262 kasus, berasal dari SMPN 20 Depok, masyarakat sekitar sekolah tersebut dan santri Pesantren Petik yang lokasinya dekat SMPN 20 Depok.

Setelah dilakukan PE juga tidak ada laporan kematian. Namun masyarakat diimbau untuk tetap waspada.

"Setelah PE tidak dilaporkan adanya kematian, tapi ini adalah sinyal bahwa kita harus mampu melakukan berbagai hal untuk antasipasi serta melakukan kegiatan pencegahan dan pengendalian terkait faktor risiko penularan," ucap dia.

Sumber penularan

Anung menjelaskan, Hepatitis B dapat bersumber dan terjadi di mana saja, mengingat banyaknya faktor risiko penularan di sekitar SMPN 20 Depok.

Berikut beberapa faktor risiko penularan Hepatitis A seperti disebutkan Anung:

  • PHBS belum diterapkan secara optimal di lingkungan sekolah.
  • Sarana untuk PHBS di sekolah belum memenuhi syarat kesehatan.
  • Belum ada pembinaan kepada pedagang jajanan di sekitar sekolah dan pemeriksaan berkala.
  • Banyaknya penjaja makanan di sekitar sekolah yang tidak terkontrol oleh pihak sekolah.
  • Pengetahuan yang kurang terkait hepatitis A.

Baca juga: Wabah Hepatitis A di Depok, Bagaimana Penularan dan Pengobatannya?

Sejauh ini, Tim Gerak Cepat telah melakukan pendampingan investigasi dan upaya pengendalian KLB Hepatitis A, pengambilan sampel serum darah pada siswa dan guru, rectal swab kepada pedagang makanan di sekitar sekolah, dan pemeriksaan sumber air.

Selain itu juga telah dilakukan penyuluhan di SMPN 20 Depok, di Pesantren Petik, kepada Kader dan Kelompok masyarakat lainnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com