KOMPAS.com – Telah terjadi ledakan di Monumen Nasional (Monas) pagi tadi, Selasa (3/12/2019). Polda Metro Jaya menyebutkan ledakan tersebut berasal dari granat asap.
Ada dua orang korban yang disebabkan oleh ledakan tersebut. Korban pertama mengalami luka parah di tangan kiri. Korban kedua mengalami luka ringan di bagian paha.
Mengutip berbagai sumber, granat asap merupakan granat berbentuk kaleng yang digunakan sebagai alat isyarat darat atau darat ke udara.
Granat asap merupakan salah satu granat yang banyak digunakan oleh TNI, terutama TNI Angkatan Udara saat penerjunan.
Baca juga: Penelitian Membuktikan, Paparan Asap Berpengaruh Besar terhadap Kesehatan
Granat asap digunakan sebagai penanda zona sasaran atau pendaratan, atau penyembunyi pergerakan tentara. Granat asap biasanya terbentuk dari silinder logam dengan lubang di bagian atas dan bawah untuk mengeluarkan asap.
Terdapat dua jenis granat asap, yakni granat asap berwarna dan granat asap penyembunyi. Granat asap berwarna memiliki warna seperti merah, kuning, hijau, dan ungu.
Jenis lainnya yaitu granat asap penyembunyi. Granat ini berisi fosforus putih (White Phosphorus/ WP). Granat ini meledak dan menyebarkan WP ke segala arah.
Fosforus terbakar apabila bertemu udara, dan terbakar dengan api kuning terang dengan asap putih yang banyak. Granat ini juga berfungsi sebagai granat pembakar.
Dalam buku berjudul “Toxicity of Military Smokes and Obscurants: Volume 3” keluaran National Academies Press (US) 1999, disebutkan bahwa granat asap berwarna memiliki beberapa jenis seperti M18, M713, M715, aau M716 40 milimeter.
Dulu, granat asap berwarna mengandung beberapa zat berbahaya seperti sulfur, potassium klorat, dan sodium bikarbonat. Namun pada granat asap yang baru, sulfur diganti oleh zat gula dan magnesium karbonat digunakan sebagai pengganti sodium bikarbonat.
Sementara itu, granat asap penyembunyi memiliki campuran hexachloroethane-zinc (HC) atau terephthalic acid (TA). Kedua zat ini tidak beracun apabila tertelan, tapi cukup beracun apabila terkena kulit.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.