KOMPAS.com - Vitiligo merupakan penyakit tak menular yang membuat seseorang memiliki bercak putih susu pada sebagian kulitnya. Hal ini disebabkan karena tubuh kekurangan melanin, zat yang bertugas memberi warna pada kulit, mata, dan rambut makhluk hidup.
Meski tak akan mengancam jiwa, penyakit kulit vitiligo dapat menurunkan rasa percaya diri penderita, tak jarang menimbulkan stres.
Dokter spesialis kulit dan kelamin senior di Klinik Pramudia, dr Ronny Handoko SpKK mengatakan, bila gejala awal dapat terdeteksi dan segera mendapat penanganan, vitiligo sebenarnya dapat diobati.
"Tapi memang, bisa juga kambuh lagi. Jadi sembuhnya itu cuma sementara dan tidak total. Intinya ada kemungkinan sembuh yang sementara, tapi bisa juga tidak sembuh. Artinya pengobatannya juga bisa jadi seumur hidup sesuai kondisi orangnya," kata Ronny di Jakarta, Rabu (20/11/2019).
Baca juga: Vitiligo, Penyakit Kulit Tak Menular yang Bikin Bercak Putih Muncul
Pada dasarnya pengobatan vitiligo ditujukan untuk merangsang sel melanosit kembali memproduksi melanin, sehingga dapat memperbaiki penampilan kulit.
Melanosit merupakan sel-sel pembentuk pigmen pada melanin.
Ronny mengatakan, pengobatan vitiligo untuk anak-anak dan dewasa berbeda. Ya, pengobatan vitiligo harus dilakukan sesuai usia penderita.
Dijelaskan Ronny, pada anak-anak, perlu dilakukan pengobatan secara dini agar penyakit tidak meluas dan tingkat pengobatan lebih baik.
"Terapi yang efektif dan berhasil bagi orang dewasa, belum tentu efektif untuk pasien anak-anak. Jangan over treatment untuk anak-anak karena berhubungan dengan munculnya efek samping. Kalau pasiennya dewasa, dilakukan terapi yang lebih intensif karena pasien lebih kuat dalam menghadapi efek samping yang akan timbul," ujarnya.
Terdapat beberapa metode terapi yang semakin berkembang untuk mengatasi vitiligo.
1. Topical corticosteroid (TCS)
Pengobatan TCS, diawali dengan uji coba selama 3 bulan, dilakukan setiap hari agar menstabilkan dan meningkatkan repigmentasi kulit yang terlanjur mengalami bercak putih susu.
Namun diakui Ronny, terdapat efek samping yang timbul dari TCS yaitu atrofi pada kulit, stretch mark, dan munculnya teleangiektasis atau melebarnya pembuluh darah kecil di permukaan kulit.
2. Topical calcineurin Inhibitor (TCI)
Terapi TCI merupakan pengembangan dari terapi TCS yang terdapat dalam 2 bentuk, yaitu salep (ointment) dan krim.
Pada orang dewasa, TCI sedikit lebih efektif daripada TCS dan efek sampinya juga lebih minim.
Efek samping yang paling sering muncul antara lain skin burning, kemerahan, gatal, dan efek warna kulit lebih gelap (hiperpigmentasi) secara sementara.
3. Imunomodulator topikal
Imunomodulator topikal secara umum lebih aman digunakan oleh pasien anak-anak daripada TCS.
Kombinasi terapi imunomodulator topical dengan terapi sinar ultraviolet B atau laser excimer, menunjukkan efektivitas yang baik.
Baca juga: Penyakit Kulit Kim Kardashian Kambuh karena Stres?
4. Kosmetik penyamaran
Bercak putih (depigmentasi) yang terdapat terutama di wajah, leher, atau tangan dapat disamarkan dengan pemakaian kosmetik atau krim penyamar yang sewarna dengan kulit (pewarna topikal).
Kosmetik penyamar ini juga dapat digunakan sebagai pelengkap selama menjalani terapi lain atau sebagai alternatif jika terapi konvensional tidak efektif dan aplikasi kosmetik penyamar ini dikatakan dapat memperbaiki kualitas hidup.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.