KOMPAS.com - Kematian Choi Jin Ri alias Sulli, mantan member firlband f(x) meninggalkan duka bagi keluarga, sahabat, maupun penggemarnya.
Manajer Sulli menemukan sang bintang gantung diri di apartemennya yang berada di Seongnam pada Senin (14/10/2019) pukul 15.21 waktu setempat.
Sulli diduga mengalami depresi berat akibat selalu menerima ujaran kebencian dari para pengguna internet.
Aneka ujaran kebencian dan nyinyiran yang sangat sering diterima Sulli sudah termasuk penindasan dunia maya atau cyberbullying.
Baca juga: Sulli f(x) Bunuh Diri, Begini agar Orang Terdekat Tak Lakukan Hal Sama
Cyberbullying merupakan perundungan yang dilakukan melalui internet dan perangkat elektronik untuk menyakiti orang lain.
Namun, cyberbullying tidak hanya dirasakan Sulli. Banyak orang lain di dunia yang juga mengalami hal serupa.
Beberapa contoh cyberbullying yang umumnya dilakukan antara lain:
Seorang psikolog dari Personal Growth, Linda Setiawati mengatakan, perilaku cyberbullying dapat dilakukan secara langsung kepada korban atau tidak langsung, misalnya lewat forum grup.
Namun, bagaimana cara menanggapi komentar-komentar jahat dan ujaran kebencian di internet?
Untuk mengatasi hal ini, Linda menyarankan untuk tidak langsung reaktif memberikan tanggapan ketika menemukan komentar nyinyir di media sosial.
Selain tidak langsung reaktif terhadap komentar jahat di sosial media, Linda juga menyarankan untuk memberanikan diri bercerita dengan orang terdekat.
Menurut Linda, dengan bercerita masalah kepada orang yang bisa dipercaya, maka akan membantu mengatasi masalah tersebut.
"Perbanyak interaksi dengan orang-orang terdekat, termasuk keluarga atau sahabat. Bisa juga melakukan aktivitas atau bergabung dengan komunitas yang positif dan membangun," jelas Linda.
Menurut Linda, menjalin hubungan sosial dengan orang lain adalah salah satu faktor yang bisa mencegah terjadinya depresi akibat cyberbullying.
Hal yang harus diingat saat mendapat cyberbullying, kata Linda, adalah sadar dan memahami bahwa orang yang berkomentar biasanya tidak mengetahui kondisi kita yang sebenarnya, sehingga komentar yang dilontarkan juga belum tentu benar.
"Kita sendirilah dan orang-orang terdekat yang benar-benar mengetahui kondisi sebenarnya," kata Linda mengingatkan.
Nah, saat komentar-komentar dalam sosial media dianggap sudah sangat mengganggu dan terus berulang, kita bisa meminta bantuan orang yang lebih dewasa atau berwenang.
Sebagai contoh memberitahukan hal tersebut ke orangtua atau pihak sekolah, jika hal ini terjadi di lingkup sekolah.
Baca juga: Studi: Sering Makan Junk Food Tingkatkan Risiko Depresi
Diberitakan Kompas.com, kepergian Sulli berdampak luas hingga ke masalah hukum negara di Korea Selatan.
Pada Rabu (16/10/2019), World Today melaporkan bahwa anggota parlemen Korea Selatan mengusulkan untuk membuat Rancangan Undang Undang (RUU) untuk melawan komentar jahat.
Usulan ini berdasar kasus Sulli yang diduga bunuh diri karena depresi akibat sering menerima ujaran kebencian.
RUU yang disebut Sulli Act atau Sulli Law alias Hukum Sulli, bertujuan untuk menegakkan aturan ketat terhadap komentar jahat, terlebih yang dibuat akun anonim.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.