Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Membandingkan Ganja dan Sabu yang Menjerat Para Artis

Kompas.com - 07/10/2019, 13:19 WIB
Sri Anindiati Nursastri

Penulis

KOMPAS.com – Daftar artis yang terjerat narkoba tampaknya semakin panjang.

Terbaru, Daffa Dangdut Academy ditangkap karena menggunakan sabu. Menantu Elvy Sukaesih juga terbukti positif menggunakan ganja dan sabu, tak lama usai artis Rifat Umar ditangkap polisi karena mengonsumsi kedua jenis narkoba tersebut. Kasus yang tak kalah mengejutkan adalah penangkapan Nunung karena menggunakan narkoba jenis sabu.

Menurut BNN, narkotika dan obat-obatan terlarang (narkoba) adalah bahan/ zat yang dapat mempengaruhi kondisi kejiwaan/ psikologi (pikiran, perasaan, dan perilaku) seseorang, serta dapat menimbulkan ketergantungan fisik dan psikologi.

Narkoba terbagi menjadi empat kelompok yaitu Cannabis, Amphetamine Type Stimulants (ATS), Opiad, dan Tranquilizer.

Baca juga: Hati-hati dan Waspada, Kenali 3 Golongan Narkoba dan Bahayanya

Kelompok Cannabis mencakup marijuana/ ganja dan hasish (getah ganja). ATS mencakup amphetamine, ekstasi, katinon, dan sabu (methamphetamin).

Opiad mencakup heroin (putau), morfin, opium, pethidin, codein, subutek/subuxon, dan methadone. Terakhir, tranquilizer mencakup luminal, nipam, pil koplo, mogadon, Valium, camlet, dumolid, kokain, dan ketamin.

Ganja

Di Indonesia ganja kerap disebut sebagai cimeng, marijuana, gele, atau pocong. Orang-orang menggunakan ganja dengan memasukkannya ke dalam lintingan rokok atau pipa (bong).

Ketika seseorang merokok ganja, zat aktif dari ganja akan melewati paru-paru menuju aliran darah. Darah akan membawa bahan kimia tersebut ke otak dan organ-organ lain di seluruh tubuh. Pengguna akan merasakan efeknya setelah 30 menit hingga 1 jam.

Peneliti dari Institute of Mental Health Addiction and Neuroscience Jakarta, dr Hari Nugroho, M.Sc, mengatakan bahwa pengaruh zat adiktif ganja lebih rendah dibanding sabu.

Namun, ganja juga memiliki ratusan zat psikoaktif dan Tetrahidrokabinol (THC) yang merupakan senyawa paling aktif.

Baca juga: Kasus Rifat Umar, Apa Sebenarnya Alasan Orang Menggunakan Ganja?

Penggunanya kemudian akan merasa high dengan beberapa efek lainnya seperti perubahan indra, perubahan kesadaran terhadap waktu, perubahan mood, gerakan tubuh terganggu, kesulitan berpikir dan memecahkan masalah, serta memori yang terganggu.

Selain jangka pendek, ganja juga memiliki efek jangka panjang. Tumbuhan ini mempengaruhi perkembangan otak. Ketika seorang remaja menggunakan ganja, ia akan merasakan penurunan daya pikir, memori, serta fungsi belajar.

Beberapa efek jangka panjang dari ganja antara lain gangguan pernapasan, meningkatkan denyut jantung, masalah perkembangan anak saat dan setelah kehamilan, serta halusinasi dan paranoia.

Ilustrasi ganja medis.SHUTTERSTOCK Ilustrasi ganja medis.

dr Hari mengatakan, ganja juga bisa menjadi pemicu gangguan jiwa pada orang yang memiliki faktor genetik. Hal ini terjadi pada orang yang keturunan atau keluarganya pernah memiliki riwayat gangguan jiwa.

“Jadi kalau ada yang punya genetik gangguan jiwa atau skizofrenia, mengonsumsi ganja bisa jadi pemicu penggunanya kena gangguan jiwa atau skizofrenia juga. Bahkan sangat berisiko sekali itu,” tuturnya kepada Kompas.com beberapa waktu lalu.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com