Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita 4 Dokter di Papua Pasca Kerusuhan dan Tewasnya dr Soeko

Kompas.com - 05/10/2019, 12:31 WIB
Ellyvon Pranita,
Gloria Setyvani Putri

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Meninggalnya dr Soeko pada kerusuhan yang terjadi di Wamena Papua, tidak menyurutkan semangat dokter lain yang bertugas di Papua dan Papua Barat.

Dalam acara yang diadakan oleh Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), Rabu (3/10/2019), beberapa dokter menceritakan kisah yang mereka alami saat dan pasca kerusuhan di berbagai daerah di Papua dan Papua Barat.

Berikut adalah empat kisah dokter yang ada saat dan pasca kerusuhan terjadi di bumi cendrawasih itu.

Baca juga: FKUI Nyatakan Komitmen untuk Dokter di Papua Pasca-Tewasnya dr Soeko

Dokter Rishka Purnawati di RSUD Manokwari, Papua Barat

Rishka menuturkan, kerusuhan di Papua pertama kali terjadi di Manokwari. Untuk menjaga keamanan, beberapa ruas jalan sengaja ditutup oleh aparat daerah setempat, termasuk ruas jalan menuju ke rumah sakit tempatnya bertugas.

"Ya jadinya shift atau pergantian jadwal jaga RS jadi enggak bisa, yang di RS ketahan di sana. Kita juga enggak bisa ke sana. Tapi ya kegiatan di RS sendiri masih kondusif," kata Rishka via telekonferensi bersama dokter lainnya.

Pemerintah setempat juga menambah pasukan penjagaan di Manokwari yang masih berlangsung hingga saat ini dan dikabarkan akan berlangsung hingga Desember mendatang.

"Jujur, tenaga medis di sini aman kok. Masyarakat asal tahu kita pelayan kesehatan, mereka malah menjaga dan tidak ganggu. Apalagi kalau kita pakai pakaian kesehatan, jas dokter atau perawat begitu, aman-aman saja," tutur wanita kelahiran Sulawesi itu.

Meskipun RSUD Manokwari berseberangan dengan kantor DPRD setempat, tetapi RSUD Manokwari tidak terganggu dan tetap dalam keadaan kondusif untuk melakukan pelayanan bagi masyarakat.

Dokter Andreas Pekey, SpDD di RSUD Nabire, Papua

Andreas Pekey merupakan dokter spesialis penyakit dalam dan merupakan putra asli daerah setempat.

Selama Pekey bertugas di Nabire, tidak ada kendala besar yang dialaminya, kecuali masih minimnya jumlah dokter penyakit dalam.

Pekey melihat, Papua memiliki masalah khusus yang berbeda dengan daerah lain, selain persoalan transportasi, jarak, ekonomi, sosial, dan juga adat persaudaraan.

Tidak semua suku bangsa di Papua mendukung terjadinya kerusuhan seperti yang sering terjadi sebelumnya. Seringkali, kelompok yang membuat kericuhan di suatu daerah sebenarnya bukan berasal dari daerah tersebut.

Terlepas dari itu semua, pelayanan kesehatan di Papua dianggap Pekey tidak memiliki kendala apapun dan petugas kesehatan juga dihormati oleh warga setempat.

"Tetapi, tenaga kesehatan itu disejajarkan dengan tinggi, beserta guru dan pimpinan daerah, jadi aman kalau untuk tenaga kesehatan, dihormati betul di sini (Nabire). Siapa pun dia, asal warga tahu kalo mereka (tenaga medis) bantu kita agar sehat, mereka dihormati warga dan dijaga agar aman tentunya," kata Pekey.

Dokter Rizky Aniza Winanda, SpKJ, di RSUD Scholoo Keye, Sorong Selatan, Papua Barat

Bersama dengan suaminya yang juga bertugas sebagai dokter anak di daerah tersebut, Aniza berkata bahwa kondisi di Papua tetap aman bagi mereka.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com