Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Karhutla Ancam Flora Endemik di Sumatera dan Kalimantan

Kompas.com - 05/10/2019, 10:06 WIB
Sri Anindiati Nursastri

Penulis

KOMPAS.com – Kebakaran hutan dan lahan (karhutla) yang terjadi di Pulau Sumatera dan Kalimantan beberapa waktu lalu berdampak serius pada ekosistem dan keanekaragaman hayati.

Tercatat ada 9.956 jumlah total jenis tumbuhan di Kalimantan dan 8.931 jenis di Sumatera, dengan jumlah tumbuhan endemik sebanyak 3.936 di Kalimantan dan 1.891 di Sumatera.

Nilai total jenis tumbuhan di kedua pulau tersebut berkisar 43 - 53 persen dari total jenis tumbuhan yang tercatat di Indonesia.

Baca juga: BMKG Sebut Iklim di Sumatera dan Kalimantan Pengaruhi Karhutla

Sementara itu, total fauna yang tercatat di Kalimantan adalah 7.683 spesies, dan di Sumatera sebanyak 4.546 spesies.

Dari keterangan tertulis yang diterima dari LIPI, Jumat (4/10/2019), daratan Kalimantan dan Sumatera terdiri dari berbagai jenis hutan seperti hutan gambut, kerangas, karst, endapan, rawa dan lainnya yang masing-masing mempunyai ciri khas.

Hutan yang umum dijumpai di Sumatera dan Kalimantan adalah hutan dataran rendah Dipterokarpa yang tumbuhan penyusunannya adalah jenis tumbuhan dari famili Dipterocarpacea seperti keruing (Dipterocarpus spp.), meranti (Shorea spp.), dan kamper (Dryobalanops spp.). Tipe hutan ini ditemukan hingga Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku dan Papua.

Baca juga: Peneliti LIPI: Karhutla di Sumatera dan Kalimantan Buatan Manusia

Saat ini tercatat sedikitnya 371 jenis Dipterocarpacea dengan konsentrasi persebaran tertinggi ada di Kalimantan.

Sebanyak 50 persen atau 199 jenis Dipterocarpacea ditemukan di Kalimantan, dan 103 jenis tersebar di Sumatera.

Marga tumbuhannya meliputi Anisoptera, Balanocarpus, Cotylelobium, Dipterocarpus, Dryobalanops, Hopea, Parashorea, Shorea, Upuna, dan Vatica.

Asap terlihat keluar dari lahan gambut yang terbakar di Jalan Tjilik Riwut Km 10, Patuk Katimpun, Palangka Raya, Kalimantan Tengah, Minggu (29/9/2019).KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG Asap terlihat keluar dari lahan gambut yang terbakar di Jalan Tjilik Riwut Km 10, Patuk Katimpun, Palangka Raya, Kalimantan Tengah, Minggu (29/9/2019).

Dampak kebakaran hutan

Dari data LIPI, tercatat 90 persen jumlah pohon per hektar atau mencapai 240 pohon mati akibat kebakaran hutan di Kalimantan pada tahun 1998. Tetapi jumlah tersebut bergantung kepada tingkat kebakarannya.

Mengacu pada kejadian kebakaran hutan tahun 1998 dan 2015, kebakaran hutan yang terjadi di tahun ini berpotensi menyebabkan 95 persen jenis tumbuhan terbakar dan mengalami kekeringan.

Lokasi yang terbakar menyebabkan terbukanya kondisi lahan sehingga menyebabkan lahan langsung terpapar matahari dan menurunkan fungsinya sebagai penyedia unsur hara bagi tumbuhan di atasnya untuk regenerasi hutan.

Baca juga: Berbagai Kerugian yang Diderita Indonesia Akibat Kebakaran Hutan

Tingkat kebakaran yang besar juga berdampak hilangnya sumber biji yang diharapkan akan tumbuh kembali di musim hujan dan menjadi sumber pengkayaan keanekaragaman hayati di wilayah tersebut.

Setelah dua sampai tiga tahun, jenis paku-pakuan serta tumbuhan pionir lainnya mulai muncul di beberapa titik lokasi kebakaran hutan.

Tumbuhan tersebut seperti tumih (Combretocarpus rotundatus), gerunggang (Cratoxylum arborescens (Vahl.), dan lainnya.

Jenis tersebut merupakan jenis yang asli rawa gambut tergenang sampai cenderung kering dan berpasir kuarsa. Tunggul pohon yang terbakar belum memperlihatkan terubusnya, yang kemungkinan disebabkan tingginya tingkat kebakaran hutan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com