Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tikus Ompong, Satwa Endemik Sulawesi Hanya 3 Ekor di Dunia

Kompas.com - 30/09/2019, 12:32 WIB
Ellyvon Pranita,
Gloria Setyvani Putri

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Tikus identik dengan hewan kotor yang suka menggigit makanan atau perkakas mudah sobek. Namun siapa sangka, ada juga tikus nyaris ompong yang sama sekali tidak memiliki gigi geraham.

Tikus ompong (Paucidentomys vermidax) pertama kali ditemukan pada 2010 di gunung Latimojong, Sulawesi Selatan. Kemudian pada 2011, spesies yang sama ditemukan di gunung Gandangdewata, Sulawesi Barat.

Karena hanya ditemukan di satu tempat, tikus omong ini disebut sebagai hewan pengerat endemik di Sulawesi, Indonesia.

Menurut keterangan LIPI, hewan omnivora ini memiliki perbedaan bentuk dan terlihat unik karena perubahan habitat dan iklim.

Baca Juga: Tikus-tikus di Indonesia Ini Punya Tampilan Unik, Seperti Apa?

Jika dilihat sekilas, tikus ompong P. verdimax tampak seperti perpaduan antara tikus dan celurut yang memiliki moncong runcing.

Berikut penjelasan Kepala Laboratorium Mamalia, Museum Zoologi Bogor (MZB) Pusat Penelitian Biologi LIPI, Dr drh Anang Setiawan Achmadi MSc terkait kenapa hewan pengerat satu ini dijuluki tikus ompong dan segala hal yang berkaitan dengan hewan tersebut kepada Kompas.com.

Gigi tikus ompong

Sebagai hewan pengerat bergigi sedikit, tikus ompong adalah satu-satunya binatang pengerat dari lebih 2.200 spesies yang diketahui tidak memiliki gigi geraham.

"Disebut tikus ompong karena tikus jenis ini hanya memiliki sepasang gigi seri di bagian atas Dan bawah, tidak memiliki gigi geraham lainnya sama sekali, sekilas mirip seperti taring, tapi itu gigi seri," kata Anang kepada kompas.com, Minggu (29/09/2019).

Gigi pada tikus ompong ini sangat berbeda dengan tikus rumahan yang sering kita lihat.

Anang menjelaskan, tikus rumahan umumnya memiliki tiga gigi geraham di bagian atas dan bawah, serta memiliki gigi seri juga.

Berdasarkan identifikasi, Paucidentomys vermidax memiliki dua pasang gigi seri yang runcing sebagai senjata andalan untuk berburu makanan.

Makanan tikus ompong

Paucidentomys artinya tidak bergigi. Sementara vermidax merupakan penggabungan dua kata, vermin dan dax. Vermin artinya cacing, sedangkan dax berarti pemakan.

Dari arti nama ilmiah tersebut dapat diketahui, tikus ompong merupakan hewan pengerat tak bergigi yang memakan cacing.

"Pauci itu tidak, dento ialah gigi, mys itu tikus, vermi (artinya) cacing, dax (artinya) penghancur atau pemakan. Artinya hasil penelitian banyak ditemukan material badan atau organ dari cacing," ujarnya.

Habitat tikus ompong

Tikus ompong ditemukan di Gunung Latimojong (Sulawesi Selatan) dan Gunung Gandangdewata (Sulawesi Barat) pada ketinggian 1.700 sampai 2.400 meter di atas permukaan laut (mdpl). Tikus ompong merupakan jenis tikus yang spesialis hidup di dataran tinggi dan endemik di Sulawesi.

"Ya, (tikus ompong) endemik di Sulawesi Central Core. Habitatnya masih hutan primer, pasti belantara. Dan karena di dataran tinggi, ada karakter hutan berlumut juga disana," ucap Anang.

Anang menambahkan, tikus ompong merupakan bukti dari kebaruan ekologis yang sangat erat kaitannya dengan perubahan iklim dan didukung oleh karakter morfologi.

Baca juga: Bisa Melihat di Malam Hari, Ini yang Sebenarnya Terjadi pada Tikus

Baru ditemukan 3 tikus ompong

Para ilmuwan mengaku kesulitan mencari tikus ompong karena habitatnya yang sangat spesifik dan jumlah populasi yang kemungkinan sangat kecil.

"Penemuan tikus ompong tidak disengaja. Apalagi untuk Sulawesi, masih banyak keanekaragaman hayati yang belum terungkap, dari sisi fauna, flora atupun mikroorganismenya," ujar Anang.

Anang berkata, hingga saat ini baru tiga individu tikus ompong di dunia dan semuanya tersimpan di Museum Zoologicum Bogoriense, Cibinong, Bogor.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com