Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sesar Kairatu, Pembangkit Rentetan Gempa di Ambon

Kompas.com - 29/09/2019, 14:16 WIB
Sri Anindiati Nursastri

Penulis

KOMPAS.com – Gempa berkekuatan magnitudo 6,5 mengguncang Kota Ambon, Maluku, Kamis (26/9/2019). Gempa tersebut terpusat di 40 km timur laut Ambon, dengan kedalaman 10 kilometer.

Hingga saat ini gempa susulannya belum berakhir, dan belum ada kepastian terkait sumber pembangkit gempa Kairatu-Ambon.

Data dari Bidang Mitigasi Gempabumi dan Tsunami BMKG menyebutkan, kawasan ini memang memiliki tataan tektonik yang kompleks. Ada beberapa unsur tektonik yang terdapat pada wilayah ini yaitu Sesar Sorong, Sesar Buru, Sesar Tarera Aiduna, dan Seram Trough.

Aktifnya Sesar Kairatu

Berdasarkan data BMKG, pembangkit gempa Kairartu, Haruku, Masohi dan Ambon berkaitan dengan aktifnya salah satu struktur sesar di wilayah tersebut.

Salah satu karyatulis ilmiah berjudul “Tectonic Evolution of North Seram Basin, Indonesia, and its Control Over Hydrocarbon Accumulation Conditions” yang ditulis oleh Zhugang dkk. (2016) kiranya dapat menjadi petunjuk sumber pembangkit gempa Kairatu-Ambon.

Satu rumah warga ambruk akibat diguncang gempa di Ambon, Kamis (26/9/2019).KOMPAS.com/ RAHMAT RAHMAN PATTY Satu rumah warga ambruk akibat diguncang gempa di Ambon, Kamis (26/9/2019).

Dari beberapa struktur sesar yang disebutkan dalam karya tersebut, ada satu struktur sesar yang diduga memiliki kaitan dengan aktivitas gempa utama Kairatu-Ambon bermagnitudo 6,5 pada 26 September 2019 lalu.

Struktur sesar yang dimaksud adalah Kawa Strike-Slip Fault Belt atau Jalur Sesar Mendatar Kawa, karena episenter gempa utama terletak tepat di jalur sesar ini.

Baca juga: Update Gempa Ambon, Hingga Pagi Ini Ada 239 Lindu Susulan

Struktur sesar ini membentuk busur yang melengkung ke utara mengikuti pola busur Pulau Seram. Dari ujung barat Pulau Manipa, Pulau Seram, hingga Pulau Gorong di ujung timur, struktur sesar ini panjangnya diperkirakan sekitar 453 km.

Mekanisme sesar ini adalah sesar geser mengiri atau sinistral strike-slip, yang terbentuk karena adanya perubahaan dari gaya tekan ke gaya geser (strike-slip) akibat pergerakan dari sistem Tarera Aiduna Strike-Slip Fault Belt atau Jalur Sesar Tarera-Aiduna di sebelah timur yang menerus ke Papua.

Mekanisme sesar ini ternyata sesuai dengan mekanisme sumber gempa utama hasil analisis BMKG yang juga berupa sesar geser mengiri (sinistral strike-slip).

Baca juga: Ribuan Ikan Mati di Ambon, BMKG Sebut Tak Berhubungan dengan Tsunami

Jalur sesar mendatar ini berimpit dengan tepi selatan Pulau Seram. Di Seram barat, jalur sesar ini memotong pesisir Kecamatan Kairatu Selatan. Di sinilah lokasi episenter gempa utama magnitudo 6,4 pada 26 September 2019 lalu berada.

Secara regional, Kawa Strike-Slip Fault Belt sttrukturnya cukup panjang, sehingga khusus di wilayah Kairatu sesar ini dapat disebut sebagai “Segmen Sesar Kairatu”.

Gempa Susulan

Rentetan aktivitas gempa tektonik yang mengguncang Kairartu, Haruku, Masohi dan Ambon yang saat ini masih terjadi murni merupakan gempa susulan yang merupakan produk bekerjanya gaya tektonik pasca terjadinya pergeseran (deformasi) yang dahsyat untuk kembali kepada posisinya semula atau mencari posisi baru yang stabil.

Rumah di Ambon ambruk setelah terbakar sesaat setelah gempa 6,8 magnitudo mengguncang daerah itu, Kamis (26/9/2019).KOMPAS.com/ RAHMAT RAHMAN PATTY Rumah di Ambon ambruk setelah terbakar sesaat setelah gempa 6,8 magnitudo mengguncang daerah itu, Kamis (26/9/2019).

Hingga hari Minggu pagi 29 September 2016 pukul 10.00 WIB, hasil monitoring BMKG terhadap Gempa Kairatu menunjukkan telah terjadi 613 kali aktivitas gempa susulan. Sebanyak 72 di antaranya guncangannya dirasakan oleh masyarakat.

Hasil monitoring BMKG terhadap aktivitas gempa susulan menunjukkan frekuensi kejadian gempa yang semakin mengecil, tanda aktivitasnya kian meluruh.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com