Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Peneliti Perancis Temukan Efek Buruk Penggunaan Menstrual Cup

Kompas.com - 28/09/2019, 20:35 WIB
Gloria Setyvani Putri

Penulis

KOMPAS.com - Popularitas menstrual cup naik dalam beberapa tahun belakangan. Di Indonesia, menstrual cup mulai dikenal akhir 2018 lalu.

Penggunaan menstrual cup semakin banyak seiring dengan kepedulian masyarakat akan lingkungan, lebih murah, dan lebih tahan lama jika dibanding tampon atau pembalut.

Menstrual cup merupakan produk pengganti pembalut menstruasi. Bentuknya seperti corong dan terbuat dari silikon atau lateks yang aman untuk tubuh. Berbeda denagn tampon, menstrual cup seperti namanya, digunakan untuk menadah darah selama menstruasi.

Karena terbuat dari bahan silikon dan lateks, menstrual cup dapat digunakan dalam waktu lama hingga 10 tahun. Inilah mengapa menstrual cup dianggap lebih hemat dan ramah lingkungan, dibanding menggunakan pembalut atau tampun.

Baca juga: Halo Prof! Amankah Pakai Menstrual Cup sebagai Pengganti Pembalut?

Meski begitu, riset yang dilakukan ilmuwan dari Universitas Claude Bernard di Lyon, Perancis justru menemukan bahwa penggunaan menstrual cup dapat meningkatkan risiko toxic shock syndrome (TSS) yang bisa mengancam nyawa.

TSS merupakan pertumbuhan bakteri berlebih yang ditandai dengan gejala muncul ruam, demam, tekanan darah rendah, dan dalam kasus yang jarang terjadi bisa menyebabkan kematian.

Penyakit TSS memengaruhi satu dari 100.000 perempuan di AS setiap tahun. Pada 2016, CDC AS melaporkan ada 323 kasus TSS dan 26 kematian.

Dilansir How Stuff Works (2/5/2018), peneliti menguji empat alat menstrual cup dan 11 jenis tampon untuk melihat bagaimana pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus.

Bakteri S. aureus adalah bakteri yang menghasilkan TSST-1, racun di balik sindrom TSS.

Untuk menguji apa yang terjadi, para ahli menggunakan kantung yang dimodifikasi untuk menciptakan kondisi mirip vagina.

Studi yang terbit di jurnal Applied and Environmental Microbiology pada 20 April 2018 itu adalah studi pertama yang menghubungkan menstrual cup dengan TSS.

"Hasil riset tak terduga. Kami menemukan pertumbuhan bakteri S. aureus dan produksi toksin yang lebih tinggi pada menstrual cup dibanding tampon. Ini karena ada udara tambahan yang masuk ke dalam kantong (mirip kondisi vagina) ketika memasukkan menstrual cup," tulis ahli.

Lantas, kenapa menstrual cup lebih bisa meningkatkan TSS dibanding tampon dan pembalut?

Para ahli menjelaskan, rata-rata ukuran dan bentuk menstrual cup memungkinkan aerasi atau sirkulasi udara yang lebih besar. Hal ini pada akhirnya mendorong pertumbuhan bakteri.

Mereka juga menemukan, bakteri S. aureus dapat "menggunakan" menstrual cup untuk membuat biofilm yang sangat sulit dibersihkan.

Biofilm adalah kumpulan sel mikroorganisme, khususnya bakteri yang melekat pada suatu permukaan dan diselimuti oleh pelekat karbohidrat yang dikeluarkan bakteri.

Baca juga: 5 Sebab Sakit Kepala yang Tak Terduga, dari Dehidrasi sampai Menstruasi

Meski beberapa produsen menstrual cup merekomendasikan untuk mencuci alat ini dengan sabun dan air hangat selama menstruasi, para ilmuwan bersikeras bahwa merebus menstrual cup di dalam air mendidih lebih aman.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com