Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penularan Penyakit Rabies di NTT Bisa Dicegah, Asalkan...

Kompas.com - 28/09/2019, 18:32 WIB
Sigiranus Marutho Bere,
Gloria Setyvani Putri

Tim Redaksi

Sebagian besar infeksi yang baru muncul tersebut dominan bersumber dari binatang atau yang biasa disebut zoonosis.

Sedangkan Re-emerging Disease merupakan penyakit yang terjadi karena adanya mutasi dari penyakit awal.

Maria menjelaskan, penyakit emerging ini contohnya seperti cacar monyet, yang merupakan virus tipe baru.

Saat ini, fokus penyakit emerging yang dibahas adalah rabies, khususnya di NTT karena masih banyak kejadian tertular rabies di sana terutama di Pulau Flores.

Sementara penyakit cacar monyet paling banyak ada di wilayah Batam, Kepulauan Riau. Setelah penyakit itu muncul, diusahakan segera diobati, agar jangan meluas ke daerah lainnya di Indonesia.

Menurut Maria, dampak dari emerging dan re-emerging infectious disease yakni gangguan kesehatan pada masyarakat yang menyebabkan kematian, pambatasan ekspor ternak dan produksinya dan penurunan produktifitas dan manusia yang tertular.

Selain itu, kerugian ekonomi seperti penurunan perdagangan, beban biaya pengobatan, penurunan wisatawan, serta mengganggu ketentraman manusia.

"Karena itu, perlu adanya tindakan pengendalian dan pemberantasan emerging dan re-emerging," tegasnya.

Baca juga: Vaksinasi untuk Memberantas Rabies

Maria berharap, melalui seminar ini, para mahasiswa lebih memahami tentang strategi untuk menghadapi penyakit tersebut.

"Harapan kami melalui seminar ini juga, mahasiswa lebih mengerti sejak dini dan mendapatkan ilmu dari para pakar yang menjadi narasumber terkait penanganan penyakit infeksi itu,"ujarnya.

Untuk diketahui, wabah rabies terjadi di NTT, khususnya Pulau Flores dan Lembata. Penyakit itu sudah menelan ratusan orang sejak 1997.

Hingga 2019, penularan virus rabies belum berhasil dicegah pemerintah. Bahkan, selama September 2019, tercatat tiga orang meninggal karena digigit anjing rebies.(K57-12).

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com