KOMPAS.com - Belum lama ini para ilmuwan dan seniman di gedung New York Stock Exchange (NYSE) membuat heboh, lantaran berlian 16,78 karat yang bernilai lebih dari RP 28 miliar hilang.
Sebenarnya berlian sangat mahal itu tidak benar-benar menghilang.
Namun para ilmuwan dari Masschusetts Institute of Technology (MIT) bekerja sama dengan seniman Diemut Strebe, menyelimuti berlian berkilau kuning dengan lapisan nanotube karbon yang baru ditemukan.
Menurut laporan riset yang terbit di jurnal ACS Applied Materials & Interfaces (12/9/2019), nanotube karbon mampu mengubah objek 3D menjadi hitam alias hampir 100 persen bebas cahaya.
Baca juga: Terkonfirmasi, Garam Laut Bisa Hasilkan Berlian
Dalam laporan tersebut dijelaskan, nanotube karbon adalah struktur paling hitam yang pernah dibuat. Nanotube karbon dapat menyerap 99,996 persen setiap cahaya yang menyentuhnya sehingga secara otomatis menggelapkan suatu benda.
"Materi kami 10 kali lebih hitam dari apapun yang pernah dilaporkan," kata penulis Brian Wardle, seorang profesor aeronautika dan astronotika di MIT, dalam sebuah pernyataan yang dilansir Live Science, Sabtu (14/9/2019).
Wardle bersama timnya menciptakan lapisan baru tersebut secara tidak sengaja, ketika sedang meningkatkan nanotube karbon pada permukaan seperti aluminium foil.
Salah satu masalah dengan alumunium, menurut penemuan mereka, adalah lapisan oksida terbentuk setiap kali permukaannya terpapar udara terbuka, menciptakan penghalang kimia yang mengganggu antara nanotube dan foil.
Untuk menghilangkan oksida-oksida ini, mereka merendam foil dalam air asin, kemudian memindahkannya ke oven kecil di mana nanotube dapat tumbuh tanpa gangguan oksigen.
Dengan jutaan nanotube yang kusut, foton cahaya yang masuk hilang dan mengalami kesulitan untuk keluar dari permukaan kertas karena bentuknya sama seperti hutan berbulu yang berukuran mikroskopis.
Dengan demikian, foil berubah menjadi sangat hitam. Pinggiran foil tersebut bener-benar tidak terlihat ketika dilihat langsung.
"Saya ingat ketika memperhatikan betapa hitamnya dia sebelum nanotube karbon tumbuh di atasnya dan merubahnyamenjadi lebih gelap," kata Kehang Cui, seorang profesor di Universitas Shanghai Jiao Tong.
"Jadi, saya pikir saya harus mengukur pantulan optik sampel," imbuh Cui.
Cui dan rekannya membandingkan pantulan lapisan baru mereka dengan struktur nano yang memakan cahaya lainnya, termasuk pemegang rekor "kegelapan" sebelumnya, Vantablack.
Sementara perbedaan antara struktur nano diabaikan oleh mata manusia, peneliti menemukan bahwa pelapisan mereka memang lebih hitam daripada setiap substansi hitam lainnya yang mereka uji, tidak peduli dimana sudut cahaya terkena pelapis.
Setelah terkena lapisan, berlian kuning tersebut tampaknya kehilangan semua sisi, seperti apa yang oleh seniman Diemut Streb, yaitu "lubang hitam" yang dimana tidak ada cahaya atau bayangan apapun yang bisa lolos.
Secara kebetulan, lapisan uberdark ini suatu hari nanti dapat digunakan untuk membantu para astronom melihat lubang hitam yang sebenarnya, dengan mengaplikasikan material tersebut pada warna yang dipasang di teleskop yang membantu mengurangi silau dari bintang-bintang.
Disebutkan Live Science, pengunjung New York Stock Exchange dapat melihat kehampaan berbentuk berlian hingga 25 November 2019.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.