Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tidak Harus Meninggalkan Cacat, Kusta Bisa Sembuh Total asal...

Kompas.com - 09/09/2019, 18:37 WIB
Ellyvon Pranita,
Shierine Wangsa Wibawa

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Banyak orang mengira kusta tidak dapat diobati. Padahal, kusta bisa diobati total, dan obatnya pun sudah disediakan gratis oleh pemerintah Indonesia dari Badan Kesehatan Dunia (WHO).

Ditemui di ruang kerjanya di RSCM pada Selasa (3/9/2019); Ketua Kelompok Studi Morbus Hansen (Kusta), Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin Indonesia (Perdoski), Dr. dr. Sri Linuwih Susetyo Wardhani Menaldi, SpKK(K), menyatakan bahwa kusta bisa sembuh tanpa meninggalkan kecacatan sama sekali asal ditemukan sejak dini dan segera diobati.

Pengobatan kusta menggunakan kombinasi antibiotik atau disebut dengan multi drug treatment, seperti Rifampicin, Dapsone, dan Clofazimine.

Pengobatan ini tentu saja harus tuntas dan sesuai dengan resep dokter untuk menghindari bakteri kusta menjadi kebal atau resisten, sehingga dapat memutus rantai penularan.

Baca juga: 3 Cara Mudah Mendeteksi Dini Kusta agar Tidak Sampai Cacat

Kabar baiknya, obat-obatan untuk kusta disediakan gratis oleh pemerintah dari bantuan World Health Organization (WHO). Obat-obatan ini tersedia di beberapa puskesmas dan rumah sakit pemerintah dan swasta, sehingga pasien tidak perlu membelinya.

Akan tetapi, obat gratis dari WHO tersedia setara dengan jumlah kasus kusta yang dilaporkan oleh pemerintah Indonesia kepada WHO itu sendiri, sehingga membutuhkan pemeriksaan dari dokter terlebih dahulu.

Dr. dr. Sri Linuwih Susetyo Wardhani Menaldi, SpKK(K) Kusta bisa disembuhkan

Pada kusta tipe Pausi basiler (PB) atau level tuberkoloid, pengobatan umumnya berlangsung selama enam bulan.

Pada kusta tipe Multi basiler (MB) atau lepromatosa, pengobatan pada umumnya dilakukan selama 12 bulan atau lebih.

Tata laksana pengobatan kusta, diungkapkan dr. Dini, tidak terbatas pada kulit saja, tetapi harus bersama dengan disiplin ilmu lain, termasuk saraf, mata, bedah ortopedi, dan rehabilitasi medik,

Bahkan, tata laksana juga dapat melibatkan psikolog, ilmu budaya, kesehatan masyarakat, ekonomi dan lain-lain.

"Kalau kusta sudah tipe MB, biasanya terjadi juga komplikasi ke bagian organ lain. Jadinya, pengobatannya itu harus dilakukan berkolaborasi atau berkoordinasi antar disiplin ilmu kedokteran yang terkait," ujar dr. Dini.

Baca juga: Mengenal Tipe Kusta pada Tubuh dan Karakteristiknya

Misalnya, jika seorang penderita kusta mengalami gangguan saraf karena penyakitnya, maka dokter kulit akan bekerjasama dengan dokter saraf dalam melangsungkan penyembuhan.

Sementara itu, jika yang terkena dampak kusta adalah organ mata, maka kerja sama dilakukan antara dokter mata dan kulit khusus kusta.

Dokter Dini berkata bahwa hal yang paling ditakutkan dari penyakit kusta adalah kemungkinan terjadinya kecacatan permanen. Dengan berobat teratur, cacat dapat dicegah. Akan tetapi, bila saat berobat awal sudah terjadi cacat, maka cacat akan tetap ada walaupun sudah sembuh.

Bakteri yang ada pada penderita juga akan mati saat kusta dinyatakan sembuh, tetapi penderita bisa kembali mengalami gejala kusta jika terinfeksi bakteri baru.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com