Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 09/09/2019, 13:06 WIB
Ellyvon Pranita,
Shierine Wangsa Wibawa

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Kusta memang dapat disembuhkan dengan pengobatan yang tepat. Namun bila tidak didiagnosis dan ditangani secara dini, kusta dapat menyebabkan kecacatan yang menetap atau permanen.

Ketua Kelompok Studi Morbus Hansen Indonesia, Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin Indonesia, Dr. dr. Sri Linuwih Susetyo Wardhani Menaldi, SpKK(K) berkata bahwa mengetahui prosedur pemeriksaan secara benar sangat penting dalam upaya diagnosis dini penyakit kusta.

Ada tiga cara untuk memeriksa tubuh dan mengetahui apakah diri kita menderita kusta dan bukan sekadar biduran, panu atau eksim. Dua yang pertama dapat dilakukan secara mandiri, sedangkan yang ketiga dapat dilakukan oleh petugas medis.

"Karena banyak mirip atau menyerupai gejala penyakit lain, seringkali (kusta) luput dari diagnosis atau salah diagnosis di awal, makanya dibuatlah panduan untuk pemeriksaannya," kata dokter yang akrab disapa dr. Dini.

Baca juga: Waspada Gejala Kusta Sebelum Alami Cacat Tubuh Permanen

Sebelum melakukan tes dengan tiga cara yang akan disampaikan, dr. Dini meminta agar Anda dapat melihat atau menemukan tanda-tanda kusta yang biasanya terjadi di kulit, yakni adanya bercak merah atau bercak putih, tidak terasa gatal dan juga tidak terasa sakit pada bercak tersebut, serta tidak sembuh ketika Anda mengobati dengan obat kulit biasa.

Jika tanda-tanda tersebut telah Anda alami, lakukanlah beberapa tes berikut:

Ilustrasi informasi tentang ciri awal kusta yang harus diwaspadai.KOMPAS.com/PALUPI ANNISA AULIANI Ilustrasi informasi tentang ciri awal kusta yang harus diwaspadai.

1. Peka rasa dan suhu

Ambil kapas, lalu pilin kapas tersebut, dilanjutkan dengan menyentuhkan kapas hasil pilin itu pada bagian tubuh yang terdapat bercak-bercak. Jika Anda tidak merasakan apapun, maka kemungkinan besar adalah kusta.

Namun bila Anda ragu-ragu atau masih merasakan sentuhan, silahkan lakukan konfirmasi dengan membedakan dua suhu, yaitu hangat yakni pada kategori suam kuku atau berkisar 40 derajat celcius dan dingin pada suhu ruang kamar sekitar 27-30 derajat celcius.

"Ingat suhu hangat bukan panas, juga dinginnya itu bukan dingin suhu AC ya tapi cukup dingin ruang kamar," ujar dr. Dini.

Jika tidak memiliki alat tes suhu yang bagus, Anda bisa menggunakan tabung kaca yang biasa dipakai di laboratorium, kemudian mengisinya dengan air yang bersuhu hangat dan dingin pada kadar yang disebutkan tadi. Lalu, sentuhkan ke bagian tubuh Anda.

Bisakah Anda membedakan mana yang hangat dan dingin di antara kedua tabung kaca tersebut hanya dari sensasi sentuhan?

Kalau tidak bisa membedakannya, maka bisa dipastikan adanya gangguan saraf. "Tapi yang harus dipastikan lagi itu gangguan saraf kusta atau bukan. Karena gangguan saraf itu banyak sekali," ujar dr. Dini.

Baca juga: Penyebab dan Penyebaran Kusta yang Perlu Anda Ketahui

2. Cobalah raba bagian saraf tepi

Jika tidak terdapat kelainan pada kulit. Biasanya ada pembesaran saraf disertai gangguan sensibilitas atau gangguan rasa pada area yang dipersarafi oleh saraf tersebut.

Terdapat banyak saraf tepi pada tubuh manusia, namun dr. Dini memberikan contoh sederhananya dengan saraf ulnaris yang menjalar mulai dari siku hingga jemari bagian kelingking dan jari manis.

Periksalah dengan meraba saraf pada siku dan alirannya hingga ke kedua jemari. Meskipun tidak ada bercak apapun, bila saat diraba ternyata saraf membesar dan area lengan bawah hingga jari kelingking dan jari manis mati rasa, maka itu sudah cukup untuk mendiagnosis adanya kusta.

"Apalagi kedua cara ini sudah dilakukan dan hasilnya menunjukkan gejala yang dimaksudkan, maka sudah cukup hal itu untuk mendiagnosis ada kusta di tubuh," tukas dr. Dini.

Baca juga: Indonesia Negara Penderita Kusta Terbanyak Ketiga di Dunia

3. Mencari bakterinya

Cara ini merupakan cara tambahan yang bisa dilakukan jika memungkinkan.

Petugas medis yang berkaitan akan mengidentifikasi ada tidaknya bakteri kusta pada kerokan kulit yang terdapat kelainan. Bila hailnya positif, maka jelas bahwa bagian kulit yang mengalami kelainan adalah gejala kusta.

"Ya tapi cara ini dijadikan opsi terakhir karena tidak semua ketemu bakterinya, karena itu tergantung pada tipe apa kusta yang dialami pasien itu," terang dr. Dini.

Jika tipe kusta tersebut adalah pausibasiler (PB) yang dikenal juga sebagai tuberkuloid, maka sulit sekali untuk menemukan bakterinya. Sebab, pada tipe ini, bakteri bisa dimusnahkan oleh daya tahan tubuh yang baik.

Sementara itu, jika kusta tersebut sudah dalam tipe multibasiler (MB) yang dikenal juga sebagai lepromatosa, maka bakteri yang dapat ditemukan banyak sekali.

Ditegaskan oleh dr. Dini, bahwa dokter umum yang berpraktik bisa melakukan dan membantu diagnosis ini, serta seluruh rumah sakit dan puskesmas, termasuk pengelola layanan kesehatan swasta.

Obat untuk kusta juga telah diberikan secara gratis oleh WHO sesuai dengan jumlah kasus kusta yang dilaporkan. Pasien dapat menggunakan obat selain yang ditentukan oleh WHO, jika mengalami alergi oleh obat-obatan tersebut atau jika ada komplikasi lainnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com