Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 09/09/2019, 13:06 WIB
Ellyvon Pranita,
Shierine Wangsa Wibawa

Tim Redaksi

Terdapat banyak saraf tepi pada tubuh manusia, namun dr. Dini memberikan contoh sederhananya dengan saraf ulnaris yang menjalar mulai dari siku hingga jemari bagian kelingking dan jari manis.

Periksalah dengan meraba saraf pada siku dan alirannya hingga ke kedua jemari. Meskipun tidak ada bercak apapun, bila saat diraba ternyata saraf membesar dan area lengan bawah hingga jari kelingking dan jari manis mati rasa, maka itu sudah cukup untuk mendiagnosis adanya kusta.

"Apalagi kedua cara ini sudah dilakukan dan hasilnya menunjukkan gejala yang dimaksudkan, maka sudah cukup hal itu untuk mendiagnosis ada kusta di tubuh," tukas dr. Dini.

Baca juga: Indonesia Negara Penderita Kusta Terbanyak Ketiga di Dunia

3. Mencari bakterinya

Cara ini merupakan cara tambahan yang bisa dilakukan jika memungkinkan.

Petugas medis yang berkaitan akan mengidentifikasi ada tidaknya bakteri kusta pada kerokan kulit yang terdapat kelainan. Bila hailnya positif, maka jelas bahwa bagian kulit yang mengalami kelainan adalah gejala kusta.

"Ya tapi cara ini dijadikan opsi terakhir karena tidak semua ketemu bakterinya, karena itu tergantung pada tipe apa kusta yang dialami pasien itu," terang dr. Dini.

Jika tipe kusta tersebut adalah pausibasiler (PB) yang dikenal juga sebagai tuberkuloid, maka sulit sekali untuk menemukan bakterinya. Sebab, pada tipe ini, bakteri bisa dimusnahkan oleh daya tahan tubuh yang baik.

Sementara itu, jika kusta tersebut sudah dalam tipe multibasiler (MB) yang dikenal juga sebagai lepromatosa, maka bakteri yang dapat ditemukan banyak sekali.

Ditegaskan oleh dr. Dini, bahwa dokter umum yang berpraktik bisa melakukan dan membantu diagnosis ini, serta seluruh rumah sakit dan puskesmas, termasuk pengelola layanan kesehatan swasta.

Obat untuk kusta juga telah diberikan secara gratis oleh WHO sesuai dengan jumlah kasus kusta yang dilaporkan. Pasien dapat menggunakan obat selain yang ditentukan oleh WHO, jika mengalami alergi oleh obat-obatan tersebut atau jika ada komplikasi lainnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com