Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 09/09/2019, 10:08 WIB
Ellyvon Pranita,
Sri Anindiati Nursastri

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Meski Pil KB merupakan revolusi peran bidang kedokteran agar wanita bisa mengontrol tingkat kesuburan dirinya, ternyata obat kontrasepsi ini mungkin dapat meningkatkan risiko depresi jangka panjang.

Pil tersebut sudah tersedia secara luas pada tahun 1960-an. Pada dasarnya pil ini merupakan metode yang sangat efisien untuk mencegah kehamilan yang tidak diinginkan.

Bahkan beberapa wanita yang tidak aktif secara seksual menggunakannya untuk alasan lain, termasuk untuk mengurangi nyeri haid atau mengobati jerawat.

Dilansir dari Science Alert, Sabtu (7/9/2019), saat ini lebih dari 100 juta wanita di seluruh dunia minum pil KB hormonal. Pil ini tergolong sangat populer di kalangan remaja.

Baca juga: Pil KB Pria Dinyatakan Aman, tapi Belum Boleh Dipasarkan

Pil ini awalnya hanya dikembangkan sebagai obat untuk orang dewasa, dan masih banyak yang tidak diketahui tentang efek samping potensial bagi pengguna yang lebih muda.

Secara keseluruhan, penelitian telah menghasilkan temuan beragam tentang hubungan antara penggunaan kontrasepsi hormonal dan depresi.

Beberapa penelitian tidak menemukan hubungan, dan yang lain menemukan risiko depresi yang lebih rendah pada pengguna pil dewasa dibandingkan dengan yang bukan pengguna.

Namun, baru-baru ini, studi terbesar hingga saat ini mengenai topik ini - dengan partisipan lebih dari satu juta wanita yang tinggal di Denmark - menyimpulkan bahwa wanita yang menggunakan pil atau kontrasepsi hormonal lainnya berisiko lebih tinggi untuk mengalami depresi.

Penelitian ini juga menunjukkan bahwa hubungan ini paling terlihat pada wanita remaja.

Bagaimana Pil KB bisa meningkatkan risiko depresi?

Penelitian terbaru yang diterbitkan dalam Journal of Child Psychology and Psychiatry melampaui penelitian sebelumnya dengan memeriksa apakah penggunaan pil kontrasepsi memiliki risiko depresi jangka panjang.

Peneliti memeriksa data pada 1.236 wanita berusia antara 20 - 39 tahun yang terdaftar dalam survei pemeriksaan kesehatan dan gizi nasional, yang telah memberikan informasi tentang riwayat penggunaan pil kontrasepsi.

Sebanyak 16 persen dari wanita dalam sampel pertama kali menggunakan pil kontrasepsi saat remaja, dan wanita-wanita ini berisiko lebih tinggi mengalami depresi klinis tahun kemudian.

Baca juga: Uji Coba pada Manusia, Pil KB Pria Terbukti Aman

Dibandingkan dengan wanita yang tidak pernah menggunakan pil kontrasepsi (enam persen), dan juga dibandingkan dengan wanita yang baru mulai menggunakan pil kontrasepsi saat dewasa (sembilan persen) .

Perbedaan kelompok ini dalam risiko depresi tetap stabil - atau meningkat - ketika peneliti secara statistik mengendalikan sejumlah besar perbedaan lain antara ketiga kelompok tersebut.

Termasuk usia pada periode pertama, usia pada pertemuan seksual pertama, status hubungan saat ini, status sosial ekonomi, etnis dan arus penggunaan pil kontrasepsi.

IlustrasiThinkstockphotos Ilustrasi

Temuan peneliti menunjukkan bahwa penggunaan kontrasepsi oral selama masa remaja dapat memiliki efek abadi pada risiko wanita untuk depresi, bahkan bertahun-tahun setelah dia berhenti menggunakannya.

Namun peneliti sendiri menyatakan bahwa tidak semua wanita cenderung mengalami efek samping yang sama ketika mereka minum pil kontrasepsi.

Tetapi penelitian tersebut diharapkan peneliti menjadi pertimbangan bagi remaja dan keluarga untuk berkonsultasi dengan dokter sebelum memilih dan meminum obat jenis kontrasepsi ini.

Baca juga: Pil KB Bisa Bikin Perempuan Jadi Maskulin, Ini Alasannya

Serta peneliti juga menegaskan karena penelitian tersebut bersifat korelasional, sehingga tidak dapat menyimpulkan bahwa menggunakan pil justru menyebabkan peningkatan depresi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com