Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cidera di Kepala Berpotensi Sebabkan Gangguan Saraf sampai Demensia

Kompas.com - 09/09/2019, 09:05 WIB
Ellyvon Pranita,
Sri Anindiati Nursastri

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Satu cidera otak tengkorak kepala ternyata memiliki potensi untuk mengurai protein di otak Anda.

Dilansir dari Science Alert, Jumat (6/9/2019), satu ketukan serius pada tengkorak bisa menyebabkan kerusakan saraf yang berujung pada kondisi neurodegeneratif seperti penyakit Alzheimer.

Sebagian besar penelitian mengenai dampak neurologis trauma kepala berfokus pada kerusakan berulang. Seperti yang dialami oleh para olahragawan atau pemain bola.

Para peneliti dari seluruh Eropa dan Inggris bekerja sama untuk melihat dampak potensial dari kecelakaan tunggal pada jaringan otak sukarelawan yang masih hidup.

Menggunakan scan Positron Emission Tomography (PET), para peneliti mencitrakan otak dari 21 sukarelawan yang pernah mengalami cidera kepala sedang hingga parah hingga 37 tahun sebelumnya karena jatuh, serangan, atau kecelakaan di jalan.

"Para ilmuwan semakin menyadari bahwa cidera kepala memiliki warisan atau bekas yang abadi di otak - dan dapat terus menyebabkan kerusakan puluhan tahun setelah cidera awal," kata ahli saraf Nikos Gorgoraptis dari Imperial College London.

Baca juga: Waspadai Cidera pada Mata akibat Cairan Zat Kimia

Selusin sukarelawan memenuhi syarat sebagai penyandang cacat berdasarkan evaluasi, dengan sisanya dicap sebagai 'pulih'. Kelompok cidera otak traumatis ini kemudian dibandingkan dengan 11 orang sehat tanpa riwayat trauma kepala.

Para peneliti kemudian mengumpulkan peta individual yang menunjukkan otak mana yang memiliki gumpalan protein tau kusut dan yang tidak.

Mereka memperhatikan peningkatan signifikan dalam jumlah protein tau yang terkumpul di lobus oksipital kanan - bagian belakang otak - di antara mereka yang mengalami cedera otak traumatis, terlepas dari apakah mereka telah pulih.

"Ini adalah pertama kalinya kami melihat protein ini kusut pada pasien yang mengalami cidera kepala tunggal," kata Gorgoraptis .

Ilustrasi sakit kepalaSHUTTERSTOCK Ilustrasi sakit kepala

Protein Tau dapat dianggap sebagai perancah yang membantu menstabilkan struktur sel, terutama neuron.

Pada individu yang didiagnosis dengan penyakit Alzheimer dan kondisi neurodegeneratif lainnya seperti ensefalopati traumatis kronis, protein tau atau perancah tersebut tampak agak kusut dan tersimpul.

Seiring dengan penggumpalan protein lain yang disebut beta-amiloid, tau yang kusut dianggap berperan sebagai kunci dalam patologi penyakit mirip demensia.

Tetapi mengenai mekanisme yang tepat di balik interaksi dari dua protein cacat ini, dan bagaimana mereka berkembang di tempat pertama, masih menjadi masalah studi atau penelitian yang sedang berlangsung.

Baca juga: Kerap Sakit Kepala Setelah Makan? Ini Penyebab dan Cara Mencegahnya

"Sudah dipastikan bahwa pukulan besar ke kepala, misalnya dari insiden lalu lintas jalan atau serangan, dapat meningkatkan risiko terkena demensia. Tetapi tentu saja, ini tidak berarti semua orang dengan cidera kepala akan menderita demensia," kata James Pickett , Kepala Riset di Alzheimer's Society.

Juga tidak ada indikasi bahwa kusut ini memiliki dampak nyata pada ingatan atau perilaku mereka yang terpengaruh.

Para profesional medis mengingatkan bahwa kita harus lebih waspada ketika melakukan kegiatan yang membawa risiko pukulan berulang ke kepala.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com