Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Spesies Baru Ikan Lele Ditemukan di Sungai Mahakam

Kompas.com - 05/09/2019, 12:09 WIB
Ellyvon Pranita,
Sri Anindiati Nursastri

Tim Redaksi

 

KOMPAS.com - Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) kembali menemukan spesies baru ikan air tawar berjenis lele di Hulu Sungai Mahakam, Kalimantan Timur.

Bernama latin Leiocassis rudicula, penemuan ini merupakan kolaborasi penelitian mendiang Renny Kurnia Hadiaty, peneliti pusat penelitian Biologi LIPI, dan Ng Hoek Hee dari Natural History Museum Singapura.

Peneliti LIPI, Ilham Vemandra Utama, mewakili peneliti utama sebelumnya membantu menjawab perihal penemuan spesies terbaru ini.

Leiocassis rudicula ini merupakan jenis ikan lele-lelean anggota ketujuh genus Leiocassis dari family Bagridae.

Baca juga: Mahasiswa UGM Kembangkan Obat Luka Diabetes dari Lendir Ikan Lele

Habitatnya hidup di sungai berarus deras dan jernih dengan substrat pasir atau kerikil. Dijelaskan Ilham bahwa dimaksud sejenis lele-lelean atau catfish yang luas spesiesnya.

"Kayak jenis lele atau baung (yang) orang umum sebut(kan) biasanya, makanya kami sampaikan ikan lele-lelean itu. Sebenarnya ikan ini masih dalam kelompok lele, lele yang umum kita kenal, atau masih berkerabat, meskipun sudah berbeda tingkat famili," tutur Ilham.

Mengenai nama lokal dari spesies yang baru diidentifikasi ini, LIPI belum mengetahui nama lokal atau panggilan masyarakat daerah tersebut terhadap ikan ini. Sehingga dalam publikasinya, belum disebutkan nama lokal spesies ini.

Dikatakan Ilham bahwa penemuan Leiocassis rudicula ini sendiri dimulai dari eksplorasi para peneliti berdasarkan tahun 2008, 2009, 2010.

"Memang sebenarnya sudah cukup lama penelitiannya sendiri, tapi ikan ini bukan ikan purba, dalam ranah ilmiah. Warga lokal mungkin tahu dengan ikan yang dimaksud itu, tapi secara ilmiah baru ditemukan, dieksplorasi, dan disebut spesies baru," jelas Ilham.

Baca juga: Mengenal Arwana Super Red, Ikan Kalimantan Barat yang Terancam Punah

Ikan ini memiliki ciri-ciri bagian kepala dan badan terkompresi adanya cekungan di atas mata, selain itu bagian punggungnya hampir merata, dan seluruh bagian tubuh berwarna kuning kecokelatan dengan ukuran 43,8 - 118 mm.

Distribusinya diketahui LIPI hanya terdapat di Sungai Mahakam, yang menjadikan ikan ini endemik dan perlu menjadi perhatian.

"Sejauh ini masih ditemukan di Sungai Mahakam, tepatnya di Kutai Kartanegara, dan belum tahu juga oleh masyarakat setempat biasa dikelola jadi apa ikan jenis ini," kata Ilham.

Sebenarnya tugas dan fungsi LIPI, dikatakan Ilham secara umum yaitu melakukan eksplorasi biodiversitas Indonesia, sebab selama ini Indonesia telah diakui dunia memiliki biodiversitas tertinggi.

Baca juga: Mahasiswa UI Temukan Potensi Anti Kanker Serviks pada Racun Ikan Lionfish

Namun, Ilham belum mampu menyampaikan keseluruhan secara terperinci mengenai apa saja yang ada dalam biodiversitas di alam Indonesia. Sebab penelitian terus berlanjut dengan satu penemuan secara mendasar, disisi lain peneliti juga menemukan biota alam yang baru lagi.

"Tapi kita belum bisa menyampaikan (secara terperinci) apa saja yang ada (sebagai biodiversitas alam Indonesia saat ini), bahkan ternyata yang baru masih banyak ditemukan lagi di alam," ujar Ilham.

Tidak hanya itu, LIPI juga berusaha melakukan adanya pertimbangan dalam hal konservasi, agar penelitian selanjutnya dapat diketahui lebih dalam.

Misalnya, spesies terbaru ditemukan sebagai endemik suatu wilayah, maka diusahakan adanya regulasi perlindungan dan pertimbangan konservasi, serta mendidik warga sekitar tentang bagaimana cara memperlakukan spesies tersebut.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com