Kata Lowit, memang ada bagian otak kita yang mengatur kemampuan kita berbahasa.
Berganti bahasa selang satu hari
Ilmuwan sudah lama berusaha untuk menjelaskan pola gangguan yang berbeda-beda ini. Secara sederhana, setelah stroke otak kita tidak memiliki energi yang cukup untuk membangun koneksi yang sudah ada pada saat bersamaan dan dengan kecepatan yang sama seperti semula. Tergantung impuls yang otak kita dapatkan, bisa saja lebih mudah untuk berbicara dalam satu bahasa, jelas Lowit.
Jika seseorang yang bilingual menderita afasia setelah terkena stroke, ada kemungkinan bahwa otak akan cenderung membangun koneksi dengan bahasa ibu, karena bahasa itu sudah dipelajari lebih dahulu.
Baca juga: Berkaca dari Tyo Pakusadewo, Kenali Risiko Stroke di Usia Muda
Tapi ada teori lain yang menyatakan bahwa ada kemungkinan akan lebih mudah untuk menggunakan bahasa kedua, jika sudah biasa digunakan dalam jangka waktu panjang.
Jadi satu hari otak kita bisa terstimulasi untuk gunakan bahasa ibu, dan di hari lain bahasa kedua.
Apakah keadaannya akan membaik?
Dalam kebanyakan kasus afasia bilingual, kedua bahasa bisa digunakkan kembali. Setelah stroke, ada bagian otak yang rusak, namun tegantung usia, otak kita masih bisa menggunakan bagian lain untuk mengambil alih fungsi otak yang rusak ini. Menurut Lowit, hal ini bisa berjalan lancar jika didukung dengan terapi.
Khususnya untuk sindrom aksen asing, penting bagi penderita untuk berkonsultasi dengan beberapa spesialis. Terapi psikologi juga bisa menjadi sangat penting, karena penderita sindrom ini juga bisa mengalami krisis identitas.
Terapi terbaik masih dalam penelitian, tetapi sulit untuk melakukan riset karena kasus-kasus ini tergolong langka.
Tidak hanya karena stroke, gangguan bicara pada usia tua juga bisa muncul dalam beberapa bentuk demensia tertentu yang mengganggu kemampuan otak untuk mencari kata, memperbaiki tata bahasa dan pengucapan. Perbedaannya adalah, setelah stroke hilangnya kemampuan ini sangat drastis pada tahap awal, namun kemampuan ini bisa meningkat lagi.
Kesulitan berbahasa yang disebabkan oleh demensia berarti kemampuan berbahasa seseorang menurun. Tapi Lowit berpendapat bahwa, apapun kasusnya, hal yang paling penting adalah untuk merujuk kepada satu spesialis atau bahkan lebih.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.