Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Viral WNA Cuci Alat Vital Pakai Air Suci Bali, Bagaimana Agar Tak Terulang?

Kompas.com - 12/08/2019, 16:38 WIB
Nur Rohmi Aida,
Resa Eka Ayu Sartika

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Sebuah video yang menampilkan dua orang turis asing mendadak viral. Pasalnya, video tersebut memperlihatkan dua turis asing, yang belakangan diketahui berasal dari Republik Ceko, menggunakan sebuah sumber air untuk membasuh alat kelamin.

Hal ini dianggap melecehkan Bali karena sumber air tersebut adalah air suci dari pura suci. Video tersebut juga menimbulkan pertanyaan mengenai bagaimanakah Bali menjaga entitasnya sebagai sebuah lokasi yang menjunjung adat istiadat dan budaya.

Saat dihubungi Kompas.com, Senin (12/8/2019) Arya Wedakarna selaku Senator DPD RI utusan Provinsi Bali yang hadir dalam mediasi turis asing bersama pihak kepolisian, desa adat, beserta pihak imigrasi tersebut mengatakan, seharusnya ke depan diperlukan pengawasan yang lebih ketat di area pura untuk mencegah hal seperti pelecehan terjadi kembali.

“Upaya pengawasan pada pura-pura Bali yang didatangi jutaan wisatawan harus diperketat. Kami akan minta pihak pura supaya penjagaan semakin ketat, tapi tak boleh berkesan tak baik di depan wisatawan,” tuturnya.

Menurut Arya, seharusnya wisatawan juga harus diedukasi melalui tur-tur guide yang seharusnya menjelaskan mengenai peraturan-peraturan yang boleh dilakukan dan yang tidak selama di Bali.

Baca juga: Viral WNA Lecehkan Tempat Suci di Bali, Air Pelinggih untuk Cuci Alat Vital

“Tur-tur guide harus menjelaskan tentang peraturan-peraturan yang boleh dan tidak di Bali. Agar tidak terjadi kasus pelecehan pada simbol-simbol agama dan budaya di Bali,” ungkapnya.

Dihubungi secara terpisah pada Senin (12/8/2019) Mudjahirin Thohir, selaku Guru Besar Antropologi Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro (UNDIP) membagikan pendapat senada tentang bagaimana seharusnya sebuah daerah wisata mempertahankan entitas lokalnya.

Menurutnya, seharusnya masyarakat lokal diyakinkan bahwa, apa yang ada, baik tata ruang fisik maupun tata ruang sosial termasuk tradisinya adalah positif karena itu harus dijaga dan dipertahankan.

Selanjutnya, ia menuturkan, langkah berikutnya adalah menyelaraskan dengan pengadaan fasilitas yang dibutuhkan.

“Selanjutnya diselaraskan dengan kondisi yang dibutuhkan untuk memajukan, seperti sarana jalan dan fasilitasi wifi, termasuk misalnya kuliner dan tempat-tempat yang memungkinkan orang bisa berinteraksi secara nyaman,” kata Mudjahirin.

Sehingga ke depan, apa yang sudah dimiliki oleh masyarakat terkait tradisi dan segala yang sudah ada, berpeluang meningkatkan pendapatan penduduk setempat tanpa kehilangan kekhasannya.

Terkait bagaimana seharusnya daerah wisata memberikan pemahaman mengenai adat istiadat yang ada kepada wisatawan, Mudjahirin mengatakan tentang pentingnya sosialisasi.

“Sosialisasikan keunikan daerah wisata tersebut baik lewat jalur resmi seperti media yang terjangkau oleh berbagai kalangan, medsos dan seterusnya,” ujarnya.

Langkah sosialisasi ini menurutnya juga bisa dilakukan melalui pembagian brosur kepada wisatawan yang datang, serta melakukan komunikasi dengan mereka.

Baca juga: Dianggap Melecehkan Air Suci Bali, Dua Turis Asing Dihukum Adat

Menurutnya, juga diperlukan komunikasi untuk meminta saran mengenai "apa yang dibutuhkan" dan "apa yang kurang" yang harus segera dilengkapi agar daerah wisata menjadi lebih baik.

Ia juga menyarankan tentang bagaimana seharusnya warga juga disiapkan dalam penerimaan kepada kehadiran wisatawan.

“Siapkan warga sebagai siap dan sadar terima wisatawan,” tegas Mudjahirin.

Belakangan diketahui, video berdurasi sekitar 10 detik tersebut diambil di kawasan Monkey Forest, Ubud, Bali.

Dalam areal tersebut terdapat Pelinggih yang disucikan warga setempat.

Sayangnya, sambil tertawa pria yang ada dalam video tersebut mengambil air dari pancuran pelinggih kemudian digunakan untuk membasuh bokong teman perempuannya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau