Apa yang akan terjadi jika strategi impor rektor dan dosen benar-benar diterapkan di Indonesia, tanpa didahului perbaikan yang lebih sistemik?
Jawabannya bisa dibayangkan dengan menjawab pertanyaan ini: peneliti asing seperti apa yang kira-kira berminat bekerja dengan fasilitas riset yang minim, dana kecil yang sering terlambat cair, mekanisme pertanggungjawaban dana yang ribet serta aturan kepegawaian yang sama dengan aturan staf administrasi?
Mudah dibayangkan bahwa hasilnya paling banter adalah seperti liga sepak bola kita. Yang berminat datang adalah para pemain dan manajer medioker yang karirnya sudah mentok di tempat asalnya. Jangan mimpi bahwa orang-orang seperti itu bakal membawa klub bola kita ke liga internasional.
Begitu juga jangan berharap terlalu banyak bahwa rektor dan dosen asing yang mau datang akan mampu melejitkan mutu penelitian dan pendidikan tinggi kita ke level dunia.
Pendek kata, strategi “impor-imporan” ini adalah jalan pintas yang salah arah. Alih-alih memikirkan cara memikat calon rektor dan dosen asing, tidakkah sebaiknya Kementerian Riset berusaha merancang solusi yang lebih sistematis dan mendasar untuk memperbaiki mutu pendidikan tinggi di Indonesia?
Anindito Aditomo
Senior Lecturer in Educational Psychology, Universitas Surabaya
Artikel ini ditayangkan oleh Kompas.com atas kerja sama dengan The Conversation Indonesia. Tulisan di atas diambil dari artikel asli berjudul "Impor rektor asing: jalan pintas salah arah untuk naikkan kualitas universitas di Indonesia". Isi di luar tanggung jawab redaksi Kompas.com.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.