2. Terlalu melihat situasi
Pada saat menolong seseorang, terutama korban kecelakaan, diperlukan cara dan langkah-langkah yang benar serta diterima secara sosial.
Biasanya, ketika ada seseorang yang meminta bantuan, mungkin Anda akan melihat reaksi orang lain terlebih dahulu.
Selain itu, Anda atau orang lain mungkin merasa takut untuk menolong karena tidak mengetahui cara yang tepat untuk memberikan bantuan.
Kemudian, Anda akan memperhatikan keadaan sekitar, apakah orang lain akan ikut membantu atau tidak.
Jika yang menolong hanya sedikit, Anda atau orang lain cenderung tidak akan menolong karena merasa sudah selesai.
Ada berbagai latar belakang mengapa seseorang takut menolong orang lain. Mulai dari takut salah hingga merasa dirugikan setelah membantu orang tersebut.
Misalnya, ketika ada sebuah kecelakaan lalu lintas ada pria yang terkapar di tengah jalan dan saat itu hari sudah malam. Anda melihat ada banyak orang yang menonton korban kecelakaan yang mungkin sudah tidak sadarkan diri.
Jennyfer, seorang psikolog klinis dalam Hello Sehat mengatakan, tidak jarang ketika dihadapkan pada situasi tersebut orang akan memilih untuk lewat karena tidak tahu melakukan pertolongan pertama, sehingga takut semakin melukai korban.
"Di sisi lain, orang lain juga khawatir dijadikan tersangka kecelakaan," ujar dia.
Oleh karena itu, orang-orang menjadi pemilih ketika membantu orang lain.
Selain itu, manusia lebih cenderung menolong ketika orang tersebut mereka kenal karena terdapat sebuah ikatan.
Bila kejadian ini terjadi pada orang asing, Anda mungkin lebih takut dianggap mencampuri urusan orang lain dibandingkan dampaknya terhadap korban.
Kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) adalah kejadian bystander effect yang mungkin sering Anda temui di lingkungan masyarakat sekitar.