Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 04/08/2019, 06:02 WIB
Tim Cek Fakta

Penulis

hoaks

hoaks!

Berdasarkan verifikasi Kompas.com sejauh ini, informasi ini tidak benar.

KOMPAS.com – Pasca gempa bermagnitudo 6,9 mengguncang Banten, Jumat(2/8/2019) petang muncul satu informasi yang menyebut Patahan Sunda dalam kondisi hampir kritis.

Mengatasnamakan Grup Geologi ITB, pendapat itu berangkat dari serangkaian gempa yang terjadi dalam waktu dekat di sekitar Pulau Jawa, ditambah dengan erupsi Gunung Tangkuban Parahu beberapa waktu lalu.

Namun isu itu disebut hoaks oleh dua orang ahli di bidang gempabumi dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) dan ITB.

Narasi yang beredar

Jarak antar gempa (yang) semakin pendek dan tiba-tiba aktifnya gunung Tangkuban Perahu, bisa jadi merupakan indikasi akumulasi energi patahan Sunda (Sunda megathrust) hampir mencapai titik kritis.

Jika atas seizin Allah SWT tercapai titik tersebut, gempa yang selama ini dikhawatirkan dengan besar, 9 skala Richter, berpeluang terjadi.

Bagi Jabodetabek, yang dikhawatirkan adalah aktifnya patahan tersebut memicu pula aktivitas patahan Baribas yang memanjang dari Pasar Rebo hingga Ciputat, serta patahan Lembang di Bandung. Wallahu'alam. Persiapan diri harus dilakukan mulai sekarang.

Hoaks yang beredar pasca gempa Banten Jumat (02/08/2019) Hoaks yang beredar pasca gempa Banten Jumat (02/08/2019)

Penelusuran KOMPAS.com

Menanggapi kabar tersebut, Kabid Mitigasi Gempabumi dan Tsunami BMKG Daryono dan ahli gempa ITB Irwan Meilano menyanggahnya.

“Hoaks itu. Siapa bisa tahu itu kritis,” ujar Daryono kepada Kompas.com ketika dihubungi melalui pesan singkat, Sabtu (3/8/2019).

Ia menyebut hingga saat ini belum ada alat yang dapat mendeteksi terjadinya gempabumi, terlebih terkait besarannya, letak, dan waktu kejadian.

Kemudian, isi pesan Daryono menyanggah isi pesan yang menyebut suatu gempa dapat memengaruhi munculnya gempa di titik lain. Belum ada pembuktian secara empiris yang menjawab pernyataan ini.

“Teori yang berkembang saat ini baru dapat menjelaskan bahwa sebuah gempa dapat membangkitkan picuan statik karena adanya perubahan stress di sekitar pusat gempa yang kemudian dapat meningkatkan aktivitas gempa susulan (aftershocks) di sekitar gempa utama,” jelas Daryono.

Senada dengan Daryono, Ahli Gempa ITB Irwan Meilano juga membantah terjadinya gempa Banten dan erupsi Tangkuban Parahu di Jawa Barat sebagai tanda akumulasi energi Sunda Megathrust.

Menurutnya, energi di selatan Selat Sunda saat ini telah dan masih terkumpul sejak ratusan tahun yang lalu.

Terkait sesar Baribis, saat ini masih dalam tahap penelitian dan belum bisa dibuktikan secara ilmiah.

Dengan adanya pesan hoaks semacam ini, Daryono mengimbau masyarakat untuk tenang, waspada, dan tidak mudah percaya dengan isu yang datang bukan dari institusi terpercaya.

“Siapkan bangunan rumah Anda agar sesuai dengan konstruksi aman gempa, siapkan perabotan-perabotan yang kuat dan dapat menjadi tempat perlindungan sementara saat terjadi gempa, siapkan jalur evakuasi yang aman di lingkungan tempat tinggal Anda,” kata Daryono untuk mengantisipasi risiko bencana gempa di kemudian hari.

Baca selengkapnya: Hoaks Akumulasi Energi Patahan Sunda Hampir Kritis, Ini Penjelasannya

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com