Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Beda Pendapat KLHK, BMKG, dan Data AirVisual soal Udara Jakarta

Kompas.com - 01/08/2019, 14:53 WIB
Luthfia Ayu Azanella,
Inggried Dwi Wedhaswary

Tim Redaksi


JAKARTA, KOMPAS.com – Perbincangan tentang kondisi udara Jakarta memancing tanggapan dari berbagai pihak.

Topik ini banyak dibicarakan sejak portal daring penyedia peta polusi udara kota-kota di dunia, AirVisual, menempatkan Jakarta sebagai kota yang menduduki peringkat atas sebagai kota dengan kondisi udara yang buruk.

Per Kamis (1/8/2019) pukul 12.30 WIB, misalnya, berdasarkan data yang dipaparkan AirVisual Jakarta ada di posisi pertama sebagai kota dengan polusi udara terburuk.

Bahkan, dinyatakan dalam status tidak sehat.

Menurut AirVisual, angka AQI di kisaran 151-200 masuk dalam kategori tidak sehat, termasuk Jakarta yang ada di angka 162.

Di bawah Jakarta, Ulanbator, Mongolia, menempati posisi kedua dengan AQI 161 dan Tasken, Uzbekistan di posisi ketiga.

Baca juga: Komentar Jokowi soal Polusi di Jakarta...

Posisi ini bisa berubah secara cepat tergantung kondisi udara terkini yang terdeteksi.

Namun, data dan indikator yang disebutkan oleh AirVisual dikonter pemerintah dalam hal ini Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) dan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG).

Kepala Subbidang Prediksi Cuaca BMKG Agie Wandala Putra menyebutkan, berdasarkan data BMKG, kondisi udara di Jakarta tidak seburuk sebelumnya.

Lapisan berwarnah putih kelabu yang terlihat menyelimuti Jakarta merupakan bentuk polutan yang terperangkap dan sulit terurai oleh atmosfer.

Layer warna putih kelabu itu polutan sebenarnya. Udara kering yang menyatu dengan asap kendaraan, cerobong asap, dan lain-lain,” kata Agie.

Hal ini lumrah terjadi saat puncak musim kemarau tiba karena tidak ada air hujan yang membantu proses penguraian polutan di udara.

Baca juga: Soal Polusi Udara Jakarta Buruk Saat Malam, Begini Kata BMKG

Data KLHK tentang kondisi udara Jakarta KLHK Data KLHK tentang kondisi udara Jakarta

Sementara, Menteri KLHK Siti Nurbaya Bakar menyebutkan, kondisi udara Jakarta masih sehat.

“Jika dibandingkan dengan Baku Mutu Udara Ambien Nasional yaitu 65 (g/Nm3) maka kualitas udara Jakarta masih bagus atau sehat. Jika dibandingkan dengan Standar WHO pada angka 25 (g/Nm3), maka kualitas udara Jakarta masuk kategori sedang," kata Siti, pertengahan Juli lalu, dalam Pekan Lingkungan Hidup dan Kehutanan di Jakarta.

Saat ini, per Kamis (1/8/2019) siang, data KLHK menunjukkan kualitas udara Jakarta ada di angka 62 dan dikategorikan “tidak sehat”.

Data lengkap bisa diakses dengan mengklik laman ini.

Akan tetapi, Menteri Siti mengakui kualitas udara Jakarta dari tahun ke tahun tidak mengalami perbaikan dan cenderung konstan.

Oleh karena itu, pemerintah akan terus melakukan upaya perbaikan dengan berbagai cara, salah satunya membenahi polusi yang dihasilkan oleh kendaraan-kendaraan bermotor.

“Membangun dan mengembangkan taman kota, hutan kota dan kebun raya, mengembangkan hari bebas kendaraan bermotor, menyediakan fasilitas parkir, dan jalur pejalan kaki," ujar Siti.

Baca juga: Menteri Lingkungan Hidup Sebut Kualitas Udara Jakarta Masih Sehat

Sumber: Kompas.com/Rakhmat Nur Hakim, Gloria Setyvani Putri 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau