Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

[FENOMENAL] Suhu Dingin di Bandung | Topi Awan Gunung Rinjani | Fenomena Kemarau

Kompas.com - 18/07/2019, 07:12 WIB
Yunanto Wiji Utomo

Editor

KOMPAS.com - Suhu dingin di Bandung hingga topi awan Gunung Rinjani merupakan fenomena yang wajar menurut badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG). Itu biasa pada musim kemarau.

Dua fenomena yang menjadi pembicaraan pada Rabu (17/7/2019) itu sebenarnya kerap terjadi di Indonesia tetapi mungkin kita kurang menyadarinya. Ini penjelasan BMKG.

Suhu Dingin di Bandung

Sebenarnya, bukan hanya Bandung saja yang saat ini mengalami suhu dingin. Wilayah Jawa dan bagian selatan Indonesia lainnya juga mengalami fenomena yang sama akibat kemarau.

Kepala Sub Bidang Prediksi Cuaca BMKG, Agie Wandala Putra, mengungkapkan bahwa suhu dingin tersebut adalah buah dari dry intrution.

Saat musim kemarau, wilayah Australia mengalami musim dingin. Karena angin monsun, udara di Australia masuk ke Indonesia.

Kepala Deputi Bidang Meteorologi BMKG, Mulyono Rahadi Prabowo, mengungkapkan minimnya awan hujan juga beri pengaruh pada suhu dingin.

Kok bisa? Simak pada artikel berikut..

Baca juga: Fakta-fakta Suhu Dingin Bandung, dari Kemarau sampai Angin Australia

Baca juga: Inilah 4 Kota di Jawa dengan Suhu Dingin Terparah Menurut BMKG


Topi Awan Gunung Rinjani

Selain topi awan, topi awan di Gunung Rinjani juga menjadi perbincangan. Rabu kemarin, warga ramai-ramai ber-swafoto di depan topi awan tersebut.

Kepela Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), Thomas Djamaluddin, mengungkapkan bahwa topi awan adalah bentuk awan lentikular.

Awan itu terbentuk di wilayah gunung, bersumber dari penguapan air di dataran rendah sekitarnya. Meski semua orang kagum, fenomena itu juga sering terjadi.

Baca keterangan lengkap tentang penyebab pembentukan topi awan dalam artikel berikut...

Baca juga: Fenomena Topi Awan di Gunung Rinjani, Ini Penjelasannya

Baca juga: Meski Indah, Fenomena Topi Awan di Gunung Rinjani Simpan Bahaya

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau