Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Belajar dari Video Ikan Asin Galih Ginanjar, Bolehkah Review Pasangan Seksual di Medsos?

Kompas.com - 12/07/2019, 09:30 WIB
Yunanto Wiji Utomo

Penulis

KOMPAS.com - Beberapa hari belakangan, banyak orang menguntuk Galih Ginanjar karena kata-kata yang dilontarkan dalam obrolan di channel Youtube Rey Utami dan Pablo Benua.

Tapi coba merefleksikan, apakah kita juga kerap melakukannya? Di ruang yang skalanya lebih kecil mungkin.

Katakanlah misalnya, Anda usai bertemu seseorang di Tinder dan akhirnya berujung di ranjang.

Anda tidak puas dengan pasangan seksual sesaat Anda. Apakah Anda lantas menggelar "konferensi pers" di grup Whatsapp ataupun nge-twit di twitter tentang pengalaman Anda?

Kalau ya, bisa jadi Anda sama dengan Galih Ginanjar.

Antropolog gender dan seksualitas dari Universitas Indonesia, Irwan Hidayana, mengungkapkan bahwa berbagi pengalaman seksual dengan orang lain sebenarnya umum dan boleh saja.

"Setiap orang bisa saja melakukan itu," katanya.

"Tapi karena itu berhubungan dengan orang lain, dalam kasus video ikan asin adalah dengan mantan istri, itu yang jadi masalah. Problemnya ada pada relasi kita dengan orang lain," ungkapnya ketika dihubungi Kompas.com pada Kamis (11/7/2019).

Baca juga: Misteri Tubuh Manusia: Alasan Vagina Punya Bau Khas, Termasuk Amis

Permasalahan utamanya adalah, ketika kita membagikan pengalaman, itu berdasarkan sudut pandang kita.

Saat hubungan seksual tak memuaskan, kita cenderung menyalahkan pasangan.

Dalam video ikan asin misalnya, Galih beberapa kali menyalahkan mantan istrinya atas ketidakpuasannya di masa lalu.

Ketika mempersalahkan, kita cenderung mengumbar ungkapan kebencian ataupun body shaming.

"Misalnya mantan badannya gendut-lah, kalau berhubungan seksual kayak gedebog pisang diam saja-lah, yang sebenarnya belum tentu itu masalah. Bisa jadi masalahnya adalah kita," ungkap Irwan.

Berdasarkan hal itu, Irwan mengajak kita untuk mempertimbangkan saat akan berbagi pengalaman seksual.

Berbagi pengalaman seksual boleh tetapi ketika menyebut nama orang lain, menampilkan screenshot foto profil Whatsapp-nya, itu harus dipertimbangkan.

Kasus Galih Ginanjar, kata Irwan, menunjukkan bahwa di media sosial, yang privat dan yang publik menjadi abu-abu.

"Di media sosial, semua orang ingin mengekspos yang privat dari dirinya, semua orang berhak upload yang dia mau," kata Irwan.

Baca juga: Akan Tiba, Masa di Mana Seks untuk Beranak Usang, Bayi-bayi Akan Dibuat di Lab

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terpopuler

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau