Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mirip Manusia, Orangutan Juga Menjomblo dan Pulang Kampung

Kompas.com - 04/07/2019, 10:08 WIB
Nibras Nada Nailufar,
Shierine Wangsa Wibawa

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Orangutan yang masih berkerabat dekat dengan manusia, ternyata juga punya pola hidup yang sama. Kera besar yang berasal dari Sumatera dan Kalimantan ini ternyata juga biasa hidup melajang dan pulang kampung.

"Seperti manusia, orangutan juga jomblo, hidupnya sendiri," kata pakar orangutan Universitas Indonesia Rondang Siregar ditemui di Jakarta Pusat, Rabu (3/7/2019).

Orangutan bereproduksi seperti hewan pada umumnya. Jantan akan menarik perhatian betina dan berusaha memenangkannya dari pejantan lainnya dengan menggunakan suara.

Sayangnya, setelah membuahi betina, pejantan biasanya akan meninggalkan betina. Betina dibiarkan hamil dan merawat anak sendirian.

"Betina harus sedikit ekstra karena dia melindungi dirinya sendiri dan anaknya. Tapi dia contoh pasangan terbaik. Begitu dia punya anak dia tidak akan kawin lagi," ujar Rondang.

Baca juga: Tahun 2019, Populasi Orangutan Kalimantan Semakin Kritis

Rondang yang telah hidup bersama orangutan selama bertahun-tahun berkata bahwa bukan berarti betina hanya akan kawin sekali seumur hidupnya. Sebab, ada kemungkinan betina dengan anak diperkosa oleh pejantan yang ingin membuahinya.

"Kalau jantan sudah tidak tahan lagi, ada perilaku pemerkosaan kepada betina, ini memang kejam," kata dia.

Selain hidup men-jomblo, Rondang juga menyebut orangutan punya kebiasaan pulang kampung seperti manusia.

"Translokasi itu pilihan terakhir (bagi orangutan). Dia akan pulang kampung," ungkap Rondang.

Kebiasaan pulang kampung ini ada hubungannya dengan pola pencarian makan orangutan. Ketika pasokan pangan habis, mereka akan berpindah. Namun, mereka selalu berusaha kembali dengan harapan panganan tumbuh lagi.

Baca juga: Menelusuri Hutan Batang Toru, Mencari Sosok Orangutan Tapanuli

Sayangnya, yang selama ini terjadi, "kampung" orangutan dirampas untuk kepentingan manusia. Hutan yang subur dan jadi rumah buat orangutan, banyak yang dialihfungsikan menjadi tambang, pembangkit listrik, hingga perkebunan kelapa sawit.

"Saat betina pulang kampung dan kampungnya jadi hutan sawit, ini akan membunuh dua sampai tiga calon anaknya," kata Rondang.

Menurut Rondang, tak ada jalan selain menghentikan deforestasi dan mengembalikan habitat orangutan.

Akibat kehilangan habitat dan perburuan liar, populasi orangutan menurun drastis hingga 50 persen selama 20 tahun terakhir. Status kritis atau critically endangered kini ditetapkan oleh International Union for Conservation of Nature terhadap populasi orangutan kalimantan. Orangutan sumatera telah lebih dulu menyandang status ini.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com