Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rahasia Alam Semesta: Bagaimana Ombak Bisa Tercipta di Lautan?

Kompas.com - 25/06/2019, 20:06 WIB
Resa Eka Ayu Sartika

Penulis

KOMPAS.com - Lautan masih menyimpan banyak misteri. Tapi satu yang kita ketahui adalah lautan tidak pernah sepi.

Ketika kita mengamati dari pantai atau di atas perahu, kita mudah melihat ombak di cakrawala.

Bahkan, tak jarang, ombak yang datang begitu kuat dan menghanyutkan barang di sekitarnya. Salah satu kasus terakhir, ombak mematikan di salah satu pantai di Yogyakarta menghanyutkan mantan pemain Persis Solo, Ferry Anto.

Kasus lain, ombak besar seperti tsunami terbukti bisa meluluhlantakkan kota Palu pada kasus Gempa Donggala tahun lalu.

Baca juga: Langka, Ombak di Lautan California Berwarna Biru Neon

Pada dua kasus tersebut, terlihat seolah ombak membawa air yang menghancurkan. Tapi, sebenarnya, air tidak bergerak dalam ombak.

Ombak bukan mengirimkan air, melainkan energi yang melintasi lautan.

Ombak paling sering disebabkan oleh angin. Gelombang yang digerakkan angin ini tercipta dari gesekan antara angin dan air permukaan laut.

Jenis ombak ini sangat mudah kita temui baik di pantai maupun danau.

Namun jika berbicara mengenai gelombang yang berpotensi bahaya kemungkinan ada sebab lain. Misalnya saja cuaca buruk seperti badai.

Badai atau angin kencang yang terjadi di lautan bisa menyebabkan gelombang tinggi. Biasanya ketika hal ini terjadi, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) akan memberi peringatan dini adanya gelombang tinggi.

Sebab lain juga terjadi pada gelombang tsunami di Anyer. Gelombang tersebut terjadi akibat adanya guguran dari tubuh gunung Anak Krakatau.

Guguran tersebut menyebabkan gangguan bawah air yang menggusur sejumlah besar air dengan cepat.

Sebab ini juga terjadi pada kasus tsunami di Palu. Gempa sebelumnya menyebabkan longsor bawah laut yang pada akhirnya menciptakan gelombang tsunami.

Selain itu, tarikan gravitasi matahari dan bulan pada bumi juga bisa menyebabkan gelombang. Gelombang ini sering disebut gelombang pasang dan surut.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com