Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penemuan yang Mengubah Dunia: Bersalaman, Simbol Damai Jadi Tradisi Lebaran

Kompas.com - 09/06/2019, 21:51 WIB
Resa Eka Ayu Sartika

Penulis

 

KOMPAS.com - Hari raya Idul Fitri baru saja berlalu dan kendaraan arus balik kembali memadati jalan-jalan ibukota. Masih dalam semangat lebaran tapi para pekerja mulai mengisi pruang-ruang perkantoran, ada "tradisi" yang tak bisa dilepaskan yaitu bersalaman.

Tak hanya saat kembali ke rutinitas pekerjaan, tradisi bersalaman juga lekat dengan lebaran sebagai tanda silaturahmi dan saling bermaafan.

Namun, tidak ada yang tahu sejak kapan tradisi bersalaman saat lebaran ini mulai ada. Mungkin, kebiasaan Idul Fitri ini juga tidak lepas dari sejarah berjabat tangan itu sendiri.

Saking umumnya bersalaman, orang tak pernah memikirkan sejak kapan kebiasaan ini muncul bahkan dianut oleh seluruh dunia.

Baca juga: Alasan Kita Jadi Lebih Gampang Memaafkan Saat Idul Fitri

Simbol Perdamaian

Merunut sejarahnya, bersalaman pertama kali dilakukan pada abad ke-5 sebelum masehi (SM) di Yunani. Seperti tradisi lebaran, bersalaman saat itu merupakan simbol perdamaian.

Dengan berjabatan tangan, masyarakat Yunani pada waktu itu memunculkan garakan niat damai. Mereka akan mengulurkan tangan kanan kepada orang lain dan menjabat tangan.

Hal ini digunakan untuk menunjukkan bahwa mereka yang bersalaman tidak membawa senjata.

Kebiasaan ini terus dilakukan selama era Romawi. Hanya saja, pada era Romawi, bersalaman lebih mirip dengan genggaman tangan.

Pasalnya, orang yang bersalaman akan memegang lengan masing-masing untuk memastikan tidak ada pisau atau belati tersembunyi di balik lengan baju lawan bicara.

Konon, cara ini masih berlanjut di Eropa Abad Pertangahan. Kala itu, para prajurit akan menjabat tangan orang lain untuk memastikan tidak ada senjata tersembunyi.

Kebiasaan memastikan tidak ada senjata yang dibawa ini kemudian menjadi simbol dari itikad baik dalam menyapa hingga membuat kesepakatan.

Simbol kesepakatan dan perjanjian damai dengan jabat tangan terlihat dalam sebuah prasati abad ke-9. Dalam prasasti tersebut digambarkan Raja Asiria Shalmaneser III berjabat tangan dengan seorang penguasa Babilonia.

Baca juga: Temuan Baru, Hasrat Seksual Makin Tinggi Saat Natal dan Idul Fitri

Bentuk Penghormatan dan Salam

Sejarah lain mencatat, bersalaman adalah bentuk dari penghormatan yang lebih modern dibanding membungkuk pada abad ke-17.

Gerakan berjabat tangan dipandang lebih egaliter atau setara dibandingkan membungkuk atau mengangkat topi yang pada 1800-an termasuk dalam pedoman etiket.

Dari semangat kesetaraan dan persaudaraan inilah, bersalaman menjadi lebih umum dan menggantikan bentuk salam lainnya.

Hingga saat ini, bersalaman menjadi populer di seluruh belahan dunia. Di Indonesia, bersalaman menjadi tradisi wajib saat lebaran sebagai simbol damai dan memaafkan sekaligus bentuk sapaan yang sopan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com