Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Berkali-kali Gempa, Begini Sejarah Mencatat Lindu di Nias Selatan

Kompas.com - 04/06/2019, 09:46 WIB
Gloria Setyvani Putri

Penulis


KOMPAS.com - Terjadi tiga kali gempa tektonik yang guncangannya dirasakan oleh masyarakat Aceh Barat, Nias, Pulau Batu, Teluk Dalam, dan Padangsidimpuan sejak pagi 7.42 WIB hingga siang pukul 13.04 WIB pada Senin (3/6/2019).

Ketiga gempa yang dirasakan kemarin meliputi Gempa Labuhan Haji dengan kekuatan M 4,9, Gempa Nias Selatan dengan kekuatan M 5,9, dan Gempa Nias Selatan M 5,5.

Meskipun ketiga gempa ini tidak menimbulkan kerusakan tetapi sempat membuat masyarakat panik dan berlarian ke luar rumah.

Banyak pertanyaan dilontarkan masyarakat terkait meningkatnya aktivitas gempa di zona Simeulue-Nias Selatan hari ini. Apakah fenomena kegempaan ini akan terus berlanjut? Atau apakah peristiwa gempa yang terjadi merupakan gempa pembuka yang akan mengarah akan terjadinya gempa besar?

Baca juga: Gempa Hari Ini, Nias Kembali Diguncang Kekuatannya 5,9

Menjawab pertanyaan ini, Daryono selaku Kepala Bidang Informasi gempabumi dan Peringatan Dini Tsunami BMKG mengaku tidak mudah untuk menjawabnya.

"Karena memang tidak mudah untuk memprediksi tingkah laku aktivitas gempa di kawasan tertentu secara akurat," jelas Daryono melalui keterangan resmi kepada Kompas.com, Senin (3/6/2019).

Hasil monitoring BMKG menunjukkan telah terjadi gempa susulan di Nias Selatan sebanyak 2 kali yang terjadi pukul 13.26 WIB dengan M 5,5 dan pukul 13.44 WIB dengan M 2,8.

Menurut Daryono, wilayah Simeulue hingga Nias Selatan secara tektonik merupakan kawasan yang cukup kompleks. Ada beberapa generator gempa di zona ini.

Sumber gempa utama adalah jalur subduksi dimana Lempeng Indo-Australia menunjam ke bawah Lempeng Eurasia.

"Selain itu di zona ini juga terdapat jalur Sesar Mentawai. Sedangkan di sebelah utara Sesar Mentawai terdapat segmen Sesar Batee yang jalurnya bermula dari Cekungan Busur Muka (fore arc basin) sebelah timur Pulau Simeulue dan Pulau Nias selanjutnya menerus ke daratan Pulau Sumatera yang salanjutnya bertemu jalur Sesar Besar Sumatera," ungkap dia.

Zona Simeulue hingga Nias Selatan memang rawan gempa. Sejak awal Januari 2019 telah terjadi 7 kali aktivitas gempa signifikan yang mengguncang, yaitu:

  1. Gempa Tanahbala 4 Februari 2019 dengan kekuatan M 5,6.
  2. Gempa Pulau Banyak 11 Maret 2019 M 5,2.
  3. Gempa Singkuang 11 Maret 2019 M 5,3.
  4. Gempa Nias Selatan 2 Juni 2019 M 5,3.
  5. Gempa Labuhan Haji 3 Juni 2019 M 4,9.
  6. Gempa Nias Selatan 3 Juni 2019 M 5,9.
  7. Gempa Nias Selatan 3 Juni 2019 M 5,5.

Catatan sejarah mencatat, sejak Januari 1861 hingga 2005 telah terjadi gempa besar di Simeulue hingga Nias Selatan sebanyak 4 kali, yaitu:

  • Gempa Nias 16 Februari 1861 M 8.5 memicu tsunami mengakibatkan ribuan orang meninggal.
  • Gempa Pulau Batu 28 Desember 1935 M 7.7 merusak banyak rumah di Kepulauan Batu dan memicu tsunami kecil.
  • Gempa Simeulue 2 November 2002 M 7.3 mengakibatkan beberapa orang meninggal dan puluhan orang luka-luka.
  • Gempa Simeulue 28 Maret 2005 M 8,7 mengakibatkan 1.314 orang meninggal dan ribuan orang luka-luka.

Baca juga: Ahli Gempa BMKG: Mei 2019 adalah Bulan Teduh Gempa, Apa Maksudnya?

"Catatatan sejarah gempa tersebut di atas tampaknya cukup jelas menunjukkan bahwa zona Simeulue dan Nias Selatan merupakan kawasan post seismik. Secara umum wilayah ini sudah mengalami rilis energi pasca terjadinya gempa-gempa kuat tersebut di atas, sehingga aktivitas gempa yang terjadi pada hari ini tampaknya bukan merupakan karakteristik gempa pembuka yang mengarah terjadinya gempa besar," ucap Daryono.

Sementara itu,  aktivitas gempa di Nias Selatan kemarin disebut Daryono sebagai fenomena gempa lazimnya zona megathrust yang memang aktif terjadi gempa.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com