Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Selain Tingkatkan Mood, Tidur Siang Terbukti Bikin Anak Lebih Pintar

Kompas.com - 02/06/2019, 11:54 WIB
Julio Subagio,
Gloria Setyvani Putri

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Jika Anda memiliki anak kecil yang sering tidur siang, jangan marahi anak tersebut. Studi terbaru mengungkap, kebiasaan tidur siang pada anak memiliki segudang manfaat untuk mood, keaktifan, dan performa akademiknya di sekolah.

Studi yang dilakukan terhadap 3.000 anak berusia 10 sampai 12 tahun mengungkap adanya hubungan antara tidur siang dengan tingkat kebahagiaan, kontrol diri, perilaku, dan IQ anak.

Hubungan yang kuat juga ditemukan pada performa akademik mereka.

"Anak yang tidur tiga kali atau lebih per minggunya menunjukkan peningkatan performa akademik sebesar 7,6 persen di kelas 6 SD," ujar Adrian Raine, pakar neurokriminologi dari University of Pennsylvania, dilansir dari Medical Xpress, Jumat (31/5/2019).

Baca juga: Gen untuk Tidur Siang Memang Ada, Para Peneliti Membuktikannya

Studi ini menganalisis data mengenai frekuensi dan durasi tidur siang anak dari kelas 4 hingga kelas 6 SD, dan memonitor perkembangannya hingga mereka mencapai kelas 6.

Pengukuran fisiologis seperti indeks massa tubuh dan kadar gula darah serta pengukuran psikologis seperti tingkat kesenangan dan percaya diri juga diukur dan diamati.

Perilaku anak serta informasi terkait capaian akademik diperoleh melalui laporan dari guru mereka masing-masing.

Hasilnya, anak yang memiliki frekuensi tidur siang tinggi per minggunya menunjukkan performa akademik yang lebih tinggi, disertai dengan perilaku yang aktif dan nampak lebih bahagia.

Kekurangan jam tidur dan rasa kantuk saat siang hari merupakan fenomena yang umum dijumpai di belahan dunia manapun. Rasa kantuk mempengaruhi performa anak bukan hanya di sekolah, namun juga di rumah.

Selain itu, kurang tidur akan menimbulkan pengaruh negatif terhadap kemampuan kognitif anak, serta menganggu kondisi fisik dan perkembangan emosionalnya.

Hal ini terutama dijumpai di kawasan yang tidak memiliki budaya tidur siang. Di Amerika Serikat, sebagai contoh, kebiasaan tidur siang akan berkurang seiring dengan pertambahan usia anak.

Sedangkan di China, kebiasaan tidur siang justru menjadi budaya, yang dipertahankan sejak sekolah dasar, menengah, bahkan hingga dewasa.

Baca juga: Tingkatkan Produktivitas Kerja, Berapa Lama Sebaiknya Tidur Siang?

Lewat temuan ini, para peneliti berharap agar pemangku kebijakan terkait kesehatan masyarakat dan para pendidik dapat membuat aturan yang mengajak agar kebiasaan ini diterapkan dalam keseharian.

"Tidur siang ini mudah diimplementasikan dan tidak menelan biaya sama sekali. Bukan hanya membantu anak-anak dalam belajar, tapi juga mengurangi screen time (waktu yang dihabiskan di depan layar gadget), yang memiliki efek kurang baik," papar Jianghong Liu, peneliti keperawatan dan kesehatan publik University of Pennsylvania.

Studi selanjutnya akan difokuskan untuk menganalisis apakah terdapat pengaruh budaya dan kepribadian terhadap temuan ini, serta bagaimana efek dari tidur siang pada individu dengan usia lebih besar, seperti remaja dan orang dewasa.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com