Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Studi Temukan Manusia Hanya Punya 43 Persen Sel Manusia, Apa Maksudnya?

Kompas.com - 30/05/2019, 11:41 WIB
Resa Eka Ayu Sartika

Editor

KOMPAS.com - Berbagai penemuan baru tentang apa yang ada di dalam tubuh kita membuat para ilmuwan memikirkan kembali apa yang membuat kita menjadi manusia dan apa yang membuat seseorang sakit atau sehat.

Dalam sebuah penelitian terbaru, peneliti menemukan bahwa kurang dari setengah sel di tubuh kita adalah sel-sel manusia.

Sedangkan, sisanya adalah mikroorganisma yang mempengaruhi kesehatan, perasaan hati, dan apakah orang-orang tertentu merespon lebih baik pada pengobatan-pengobatan tertentu.

"Jadi untuk setiap 30 triliun sel-sel manusia, kita memiliki rata-rata sekitar 39 triliun sel mikroba," ujar Rob Knight, direktur Pusat Inovasi Mikrobioma di Universit of California San Diego dan profesor kedokteran anak dan ilmu komputer serta teknik.

"Jadi dengan standar itu, kita hanya 43 persen manusia," tegasnya.

Baca juga: Alasan NASA Kirim Sel Organ Manusia Hidup ke Stasiun Luar Angkasa

Dengan kata lain, ada lebih banyak sel mikroba di tubuh seseorang dibandingkan sel manusiawi.

Mikroba di tubuh manusia termasuk bakteri, virus, dan jamur, seperti bakteri spora jamur di air.

Mikroba yang mempengaruhi kesehatan

Merupakan sebuah pengetahuan umum bahwa bakteri, atau bahkan virus dan jamur, hadir di bagian-bagian tertentu di tubuh kita, termasuk mulut, kulit, dan pencernaan.

Meskipun demikian, hanya pada tahun-tahun belakangan para ilmuwan telah menemukan bahwa setiap bakteri di pencernaan orang bersifat unik, dan kumpulan mikroba dapat berdampak besar pada kesehaan orang – seperti bobot tubuh kita dan apakah mereka akan terkena penyakit seperti penyakit jantung.

Mikroba di saluran pencernaan bahkan dapat mempengaruhi perasaan hati. Para peneliti tengah mempelajari apakah kondisi-kondisi seperti autisme, multiple sclerosis, dan penyakit Parkinson terkait dengan mikroba.

"Mereka mengubah cara kita berpikir tentang biologi, dan mengubah cara kita berpikir tentang apa maknanya untuk menjadi manuisa," tutur Knight.

Kumpulan mikroba pada masing-masing orang berbeda, mulai saat bayi dilahiran.

Bagaimana mereka memasuki dunia, apakah dilahirkan melalui vagina atau kelahiran caesar, apakah mereka diberi ASI atau tidak, jenis hewan dimana mereka terpapar dan pengobatan yang mereka konsumsi, semua dapat berdampak pada pertumbuhan mereka.

"Masalah terbesar dengan antibiotik adalah masa dini kanak-kanak, dan khususnya kombinasi antara kelahiran caesar dan antibiotik serta pemberian susu dengan susu botol khususnya buruk bagi anak-anak," kata Knight.

"Kami akan lihat dampaknya bahkan pada usia 8 hingga 12, khususnya dari segi berat badan, bahkan dari segi performa kognitifnya," imbuhnya.

Baca juga: Atasi Penuaan, Ilmuwan Buat Obat Lawan Sel Zombie

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com