Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gempa Hari Ini: Lindu Kudus Terjadi di Zona Tektonik Kompleks

Kompas.com - 22/05/2019, 15:19 WIB
Resa Eka Ayu Sartika

Penulis

KOMPAS.com - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mencatat terjadi gempa bumi di wilayah Kudus, Jawa Tengah dan sekitarnya. Lindu tersebut mengguncang Kudus pada pukul 11.22 WIB.

Menurut catatan BMKG, gempa di Muria, Kudus, Pati, Demak, Jepara dan sekitarnya itu berjenis tektonik.

"Episenter gempa berkekuatan M 4,2 ini berpusat pada koordinat 6,69 Lintang Selatan dan 110,78 Bujur Timur, tepatnya di darat pada jarak 14 kilometer arah baratlaut Kota Kudus pada kedalaman 10 kilometer," ungkap Kepala Bidang Informasi Gempa Bumi dan Peringatan Dini Tsunami BMKG, Daryono.

Guncangan gempa ini dilaporkan dirasakan di Kudus, Pati, Jepara dan sekitarnya dalam skala intensitas II-III MMI (Modified Mercally Intensity).

Baca juga: Gempa Hari Ini: Lagi, M 3,8 Terjadi di Mamasa

"Masyarakat dilaporkan sempat berlarian keluar rumah akibat terkejut dan panik akibat guncangan yang terjadi secara tiba-tiba," kata Daryono.

"Dengan memperhatikan lokasi episenter dan kedalaman hiposenternya, gempa yang terjadi merupakan jenis gempa kerak dangkal (shallow crustal earthquake) yang diduga kuat akibat aktivitas Sesar Muria," imbuhnya.

Daryono menjelaskan, sesar Muria ini memiliki magnitudo maksimum (Mmax) 6,2 dengan laju geser sesar sekitar 1 mm per tahun.

Zona yang Kompleks

"Zona ini secara tektonik cukup kompleks karena ada beberapa sesar aktif," ujar Daryono.

Sebagai informasi, wilayah tersebut memang berada dalam area sesar aktif seperti Sesar Lasem, Sesar Muria, Pati Thrust, serta sesar mikro yang tersebar di daratan dan di lepas pantai Laut Jawa.

"Semua sesar ini pernah aktif dan ada catata aktivitasnya hasil monitoring BMKG," tegas Daryono.

Sesar Lasem merupakan sesar dengan kelurusan paling panjang, menempati suatu depresi dengan sumbu yang berarah barat daya-timur laut.

"Ciri morfologi lain yang mengindikasikan keberadaan sesar ini adalah sebuah pola kelurusan dari selatan Semarang ke arah timurlaut melewati Lasem dan menerus ke Laut Jawa," kata Daryono.

"Sementara itu, Sesar Muria terletak membujur melintasi Gunung Muria ke arah utara hingga mencapai pesisir pantai utara," tambahnya.

Selain Sesar Lasem dan Sesar Muria, Daryono menyebut masih ada lagi sekitar sesar aktif lain yaitu Sesar Kendeng Segmen Semarang dan Segmen Purwodadi, ditambah masih ada 7 (tujuh) sesar mikro lainnya yang tersebar di lepas pantai Laut Jawa di sekitar zona Semenanjung Muria.

Baca juga: Gempa Hari Ini: M 3,8 Guncang Mamasa

Berdasarkan catatan sejarah gempa, zona sumber gempa tersebut di atas bertanggungjawab terhadap beberapa peristiwa gempa kuat dan merusak masa lalu, di antaranya gempa Lasem 1847, gempa Ambarawa 1865, dan gempa Pati M 6,8 pada 1890 dengan radius kerusakan sekitar 500 km.

Tak hanya itu, sesar Lasem juga pernah memicu terjadinya gempa di Kudus pada tahun 1877 dan gempa Semarang pada tahun 1856,1958, 1959 dan 1966.

"Adapun gempa Muria yang terjadi saat ini, jika ditinjau letak episenternya tampak tepat terletak di jalur Sesar Muria," kata Daryono.

"Karakteristik kedalaman hiposenter sangat dangkal hanya 10 kilometer menunjukkan bahwa aktivitas gempa ini dibangkitkan oleh sesar aktif," imbuhnya.

Daryono juga memperingatkan untuk melihat kembali sejarah gempa merusak di wilayah tersebut. Pasalnya, sesar aktif tersebut mungkin bisa memicu periode ulang gempa.

"Khususnya di Muria, di mana peristiwa gempa ini seolah mengingatkan kita semua, bahwa zona seismogenik Muria dan sekitarnya memang masih aktif," pungkas Daryono.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com