KOMPAS.com – Herpes genital merupakan penyakit menular seksual yang saat ini sulit diidentifikasi penyebarannya. Itu karena sekitar 60 persen kasus bersifat atipik (tidak khas), sedangkan 20 persen lain asimptomatik (tidak menunjukan gejala yang dapat dikenali).
Selain itu, banyaknya kesalahpahaman dan informasi yang tidak tepat mengenai penyakit ini juga menyebabkan masyarakat kesulitan untuk memahami penyakit herpes genital.
Kali ini, akan dibahas beberapa mitos dan fakta terkait penyakit tersebut.
Mitos: herpes genital sama dengan cacar ular
Faktanya, herpes genital tidak sama dengan cacar ular (h1).
Baca juga: Sering Disembunyikan, Herpes Kelamin Genital bak Fenomena Gunung Es
Herpes genital merupakan penyakit kelamin yang ditimbulkan oleh infeksi Herpes simplex virus tipe 2 (HSV-2), ditandai dengan gejala munculnya lesi di area kelamin.
Penyakit ini juga menyerupai gejala herpes labialis (herpes mulut), yang diakibatkan infeksi HSV-1, dengan gejala timbulnya lesi di sekitar bibir. Dengan maraknya perkembangan bentuk aktivitas seksual, herpes labialis dapat menyerang area kelamin, begitu pula sebaliknya, infeksi herpes genital di mulut.
Kedua penyakit ini berbeda dengan herpes zoster atau cacar ular, yang merupakan pengaktivan kembali gejala cacar air. Penyakit ini bukan penyakit seksual, dan dipicu oleh infeksi Varicella Zoster Virus (VZV).
Pada awal kontak, virus VZV akan mengakibatkan cacar air. Setelah gejala cacar air hilang, maka virus akan menetap dan bersembunyi di sel saraf, dan akan teraktivasi kembali saat daya tahan tubuh menurun, memunculkan gejala cacar ular.
Kesalahpahaman ini muncul akibat kemiripan nama antara kedua penyakit yang berbeda.
Fakta: herpes genital tidak dapat sembuh
Sayangnya, hingga saat ini belum ditemukan cara untuk mengatasi penyakit herpes genital secara menyeluruh. Gejala herpes genital dapat kambuh saat daya tahan tubuh menurun akibat stress ataupun trauma.
Pemberian obat bertujuan untuk mengurangi rasa sakit, gejala, dan frekuensi kekambuhan penyakit serta mempercepat pemulihan.
Mitos: herpes genital dapat ditularkan melalui penggunaan alat makan
Herpes genital hanya dapat menular melalui kontak langsung antara kulit dengan kulit, khususnya pada bagian yang terinfeksi, ditandai dengan keberadaan lesi, bercak, atau keropeng.
Virus HSV ini tidak menyebar melalui udara ataupun objek lain, karena virus ini hanya dapat hidup jika menginvasi sel hidup saja.
Baca juga: NASA: Perjalanan Antariksa Bikin Para Astronot Terserang Virus Herpes
Mitos: Herpes genital hanya dapat ditularkan melalui hubungan seksual
Selain hubungan seksual, herpes genital juga dapat ditularkan oleh ibu hamil ke anaknya. Terutama, pada kondisi primer (ibu baru mengalami kontak dengan virus), karena virus akan mengalir via pembuluh darah menuju plasenta dan janin.
Dalam kasus herpes genitalia kambuhan, masih terdapat risiko penularan, terutama jika bayi yang baru dilahirkan mengalami kontak dengan lesi yang dimiliki ibunya.
Seiring maraknya bentuk aktivitas seksual, herpes genital juga dapat menginfeksi daerah anus dan bibir. Penularan herpes genital dapat terjadi melalui ciuman (oral-oral), maupun hubungan seks oral-genital, oral-anal, genital-genital, dan genital-anal.
Lantas, apakah aman bagi orang yang telah terjangkit herpes genital untuk berhubungan seks?
"Kami sebagai dokter hanya dapat memberi informasi terkait risiko, tidak mungkin melarag pasangan untuk berhubungan. Tapi, pada saat seseorang telah menjalani terapi, kita bisa anggap virusnya telah teratasi, jadi bergantung pada daya tahan pasangannya, jadi bukan dari faktor penderitanya saja," jelas dr. Anthony Handoko, SpKK, FINDV pada seminar media di Jakarta, Kamis (17/5/2019).
“Penularan juga dapat dikurangi risikonya lewat penggunaan kondom,” imbuhnya.
Fakta: Risiko herpes genital semakin tinggi seiring dengan jumlah pasangan
Menurut studi, semakin banyak pasangan seksual akan meningkatkan risiko terkena herpes genital. Secara garis besar, orang yang memiliki 1 pasangan memiliki risiko 2-5 persen.
Sedangkan orang dengan 2 hingga 4 pasangan berisiko 7-9 persen. Berbeda dengan orang yang memiliki 5 hingga 9 pasangan berisiko sekitar 10-22 persen.
Terakhir, jika memiliki lebih dari 10 pasangan maka risiko berkisar antara 19-37 persen.
Untuk itu, masyarakat dihimbau untuk menerapkan konsep ABC (Abstinance, Be faithful, dan Condom).
Penejelasannya, Abstinance: tidak melakukan kontak seksual selain dengan pasangan; Be faithful: hubungan monogamis yang setia dan tidak gonta-ganti pasangan; serta Condom: selalu digunakan saat hubungan seksual, khususnya jika telah menunjukan gejala herpes genital.
jelas dr. Anthony Handoko, SpKK, FINDV pada seminar media di Jakarta, Kamis (17/5/2019).
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.