KOMPAS.com - Manusia dikenal sebagai makhluk hidup yang mengandalkan logika. Tak percaya, coba jawab pertanyaan, jika A lebih kecil daripada B dan B lebih kecil daripada C, maka apakah A lebih kecil daripada C?
Anda tentu dengan mudah menjawabnya bukan? Itu karena Anda menggunakan logika untuk mengetahui hubungan sesuatu yang tidak terlihat secara eksplisit.
Namun siapa sangka, bukan hanya manusia saja yang hidup menggunakan logika semacam itu.
Sebuah penelitian baru mengungkap bahwa tawon kertas juga menggunakan inferensi transitif untuk mengetahui hubungan yang tidak eksplisit.
Baca juga: Punya Mulut Mengerikan, Tawon Purba Ini Dinamai Drakula
Hal ini membuat tawon menjadi serangga pertama yang diketahui bisa menggunakan logika untuk kehidupannya.
"Kami tidak mengatakan bahwa tawon menggunakan deduksi logis untuk menyelesaikan masalah, tetapi mereka tampaknya menggunakan hubungan yang diketahui untuk membuat kesimpulan tentang hubungan yang tidak diketahui," kata ahli biologi evolusi Elizabeth Tibbetts dikutip dari Science Alert, Jumat (10/05/2019).
"Temuan kami menunjukkan bahwa kapasitas untuk perilaku kompleks dapat dibentuk oleh lingkungan sosial di mana perilaku menguntungkan, daripada dibatasi oleh ukuran otak," imbuh ahli dari dari University of Michigan itu.
Tibbetts sendiri telah mempelajari tawon, perilaku mereka, dan lingkungan mereka selama beberapa dekade. Dia menemukan hal-hal seperti ingatan tawon akan tawon lain dari pertemuan sebelumnya hingga cara menghukum sesama tawon yang tidak jujur dalam koloni mereka.
Penelitian lain juga telah mengungkap bagaimana tawon mengembangkan visi yang lebih baik untuk menangkap isyarat sosial.
Kini, dengan penelitian yang dipublikasikan dalam jurnal Biology Letters, Tibbetts menunjukkan masyarakat tawon mungkin juga mengembangkan kapasitas untuk menalar sesuatu - khususnya, inferensi transitif.
Eksperimen serupa telah menunjukkan bahwa lebah tidak memiliki karunia yang sama. Meski begitu, eksperimen baru dengan tawon kertas, yaitu Polistes dominula dan Polistes metricus tampaknya menunjukkan bahwa beberapa serangga dapat menyimpulkan dengan lebih cerdik daripada yang lain.
Dalam eksperimen tersebut, tawon-tawon itu diperkenalkan dengan tingkatan warna yang disebut 'pasangan premis'. Premis dari pasangan adalah bahwa jika tawon mendarat di warna B daripada warna A, mereka akan menerima sengatan listrik ringan.
Pada gilirannya, hal yang sama akan terjadi jika mereka mendarat di C daripada B; D daripada C; atau E daripada D. Dalam setiap kasus, warna yang sesuai dengan huruf sebelumnya adalah pilihan yang aman.
Baca juga: Duduk Perkara Fenomena Sengatan Maut Tawon Ndas
Hebatnya, ketika tawon-tawon itu kemudian diperlihatkan warna-warna yang belum pernah disajikan berpasangan sebelumnya, mereka menunjukkan preferensi untuk mendarat pada warna yang tidak akan menyengat.
Preferensi yang diperlihatkan ini menunjukkan bahwa mereka dapat menyimpulkan hubungan antara benda yang dipasangkan hasilnya - kombinasi hal-hal yang belum pernah secara eksplisit ditunjukkan kepada mereka bersama sebelumnya.
"Saya benar-benar terkejut betapa cepat dan akurat tawon mempelajari pasangan premis," kata Tibbetts.
"Kupikir tawon mungkin akan bingung, seperti halnya lebah. Tetapi mereka tidak kesulitan menemukan bahwa warna tertentu aman dalam beberapa situasi dan tidak aman dalam situasi lain," sambungnya.
Mengenai mengapa hasilnya berbeda antara tawon dan lebah meski punya sistem saraf yang sama kompleksnya, peneliti belum bisa menjelaskan dengan pasti.
Tetapi para peneliti berpikir, seperti banyak hal lain dalam evolusi tawon, dasar-dasar penalaran bisa terletak pada sifat hubungan sosial mereka yang sangat berbeda dari lebah.
Tidak seperti koloni lebah yang berpusat di sekitar ratu tunggal, koloni tawon Polistes memiliki pengaturan sosial yang lebih kompleks. Mereka mempunyai banyak betina reproduktif yang disebut pendiri dan saling bersaing dalam satu koloni tunggal, membentuk serangkaian hierarki.
Mungkin saja, Tibbetts dan timnya mengatakan, bahwa pola hidup tersebut telah memberi serangga itu peningkatan kemampuan untuk membuat keputusan berdasarkan informasi sosial.
"Spesies seperti tawon Polistes yang memiliki kehidupan sosial yang kompleks dapat mengambil manfaat dengan mengatur informasi secara linear karena ini memungkinkan individu untuk secara cepat membuat kesimpulan tentang hubungan sosial baru," tulis para peneliti dalam makalah mereka.
Baca juga: 7 Orang Jadi Korban, Bagaimana Sengatan Tawon Ndas Membunuh Manusia?
"Sebagai hasilnya, tawon-tawon itu fleksibel secara sosial dan dapat cenderung untuk secara spontan mengatur informasi sepanjang dimensi mendasar yang sama, seperti yang diperlukan untuk inferensi transitif," tambah mereka.
Meski begitu, para peneliti mengakui bahwa kesimpulan ini masih hanya berupa hipotesis. Untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas, mereka menegaskan pentingnya penelitian lanjutan.
Terlepas dari itu, kini kita mengetahui bahwa tawon-tawon ini tahu cara menggabungkan titik-titik dengan cara yang tidak pernah dilakukan oleh serangga lain. Hal itu saja sudah merupakan sesuatu yang luar biasa untuk dilihat.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.