Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Teliti Air Berusia 2 Miliar Tahun, Peneliti Kanada Menang Penghargaan Tertinggi

Kompas.com - 08/05/2019, 11:33 WIB
Resa Eka Ayu Sartika

Penulis

Sumber CBC

KOMPAS.com - Barbara Sherwood Lollar, ahli geologi dari University of Toronto baru saja memenangkan penghargaan sains tertinggi dari Kanada. Pemberi penghargaan tersebut adalah Dewan Riset Ilmu Pengetahuan Alam dan Rekayasa Kanda (NSERC).

Penghargaan ini didapatkan Lollar setelah mempelajari air tertua di Bumi. Karya tersebut digadang-gadang bisa memajukan pencairan kehidupan di dunia lain.

Seperti yang banyak diketahui, manusia sudah lama bertanya apakah kita sendirian di alam semesta. Mars serta bulan Jupiter dan Saturnus menjadi obyek yang diamati untuk pencarian kehidupan lain di luar Bumi.

Dengan penelitian Lollar ini, pencarian kehidupan di luar Bumi menjadi lebih mudah. Apalagi, para ahli percaya bahwa di bulan Jupiter dan Saturnus memiliki lapisan es.

Baca juga: Studi: Ada Sistem Aliran Air Aktif di Planet Mars

Selain itu, bulan di Jupiter dan Saturnus juga kemungkinan memiliki lubang hidrotermal, yang bisa memuntahkan uap air ke luar angkasa.

Dengan penelitian Lollar tentang air purba di bawah permukaan Bumi di tambah-tambah Canadian Shield dan seluruh dunia, kemungkinan unsur kimianya bisa digunakan untuk mempelajari bulan seperti Europa (bulan Jupiter) dan Enceladus (bulan Saturnus).

"Salah satu tema utama sains planet adalah bahwa kita menggunakan Bumi untuk memahami proses yang mungkin terjadi di planet lain," ungkap Lollar dikutip dari Cbc.ca, Senin (06/05/2019).

"Dan pekerjaan yang kami lakukan... memiliki relevansi langsung dengan apa yang kita lakukan ketika mencari proses di planet lain," imbuhnya.

Penelitian Lollar tentang air tertua di Bumi ini dimulai pada 2016 lalu. Air yang diteliti oleh Lollar dan timnya memperkirakan berumur dua miliar tahun.

Sebelumnya, para ilmuwan menemukan bahwa beberapa kehidupan awal tidak memerlukan fotosintesis untuk hidup. Sebaliknya, rekasi kimia antara batuan dan air menyediakan energi yang cukup untuk mikroba bertahan hidup.

Ini membuat Lollar tertarik untuk mengamati air di bawah Canadian Shield, batuan purba yang tidak mengalami pergeseran lempeng yang cenderung menghasilkan pans di sekitar hidrotermal.

Meski begitu, masih ada reaksi kimia yang terjadi di air di bawah batu tersebut.

Studi Lollar ini diperkirakan bisa membantu para astrobiologi dan astrofisikawan mencari kehudoan di tempat lebih dingin di tata surya seperti Mars.

"Salah satu cara memandang Mars adalah bahwa ia terlihat seperti Canadian Shield... dalam arti bahwa itu semua adalah batu purba berusia miliar tahun di permukaan," kata Lollar.

Jadi penelitian di Bumi itu kemungkinan akan digunakan dalam pencarian kehidupan di Mars.

Baca juga: Puing Asteroid Ryugu Simpan Petunjuk Keberadaan Air Bumi, Kok Bisa?

Lollar juga berharap pekerjaannya bisa digunakan untuk mencari kehidupan di luar Bumi. Dia bahkan mengaku senang ketika memikirkan bisa menemukan kehidupan lain di luar Bumi dengan bantuan temuannya.

"Ketik pergi ke planet es, dunia lautan, tempat-tempat itu sangat, sangat dingin. Tetapi kita akan salah jika menganggapnya sebagai tidak aktif secara geologis," ujarnya.

"Di mana pun ada gradien, antara panas dan dingin - bahkan jika itu antara dingin dan dingin - masih ada potensi untuk reaksi kimia terjadi. Dan ini menyebabkan kita sedikit membuka pemikiran, untuk berpikir di luar kotak tentang sifat apa yang dapat mempertahankan kelayakhunian," tegas Lollar.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber CBC
Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com