Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Memahami Hilal dan Metode Rukyah, Penanda Awal Bulan Ramadhan

Kompas.com - 05/05/2019, 19:26 WIB
Gloria Setyvani Putri

Penulis


KOMPAS.com - Sore tadi Kementerian Agama (Kemenag) melakukan pemantauan hilal untuk menentukan 1 Ramadhan 2019/ 1440 H di sejumlah lokasi Indonesia.

Setelah pengamatan hilal dilakukan, kemudian Kemenag akan menggelar sidang isbat atau sidang penetapan awal Ramadhan.

Namun, apa yang dimaksud hilal dan bagaimana kriteria Bulan disebut sebagai hilal?

Merujuk infoastronomy.org, hilal merupakan istilah dari bahasa Arab yang berarti Bulan Sabit.

Meski begitu, tidak semua bulan sabit disebut hilal. Hanya bulan sabit pertama yang dapat dilihat dengan mata telanjang maupun alat bantu pengamatan, setelah terjadi konjungsi atau fase bulan baru pada arah dekat Matahari terbenam yang disebut hilal. Sama seperti bulan purnama, hilal juga merupakan bagian dari fase bulan.

Baca juga: Bisa Dihitung Secara Astronomis, Kapan Awal Ramadhan 2019?

Selain bulan sabit muda pertama, ada beberapa kriteria untuk menentukan kapan terjadi pergantian bulan dalam kalender Hijriah, yakni dengan menggunakan metode rukyah dan wujudul hilal.

Metode rukyah merupakan metode pandangan mata. Ada batas minimal hilal yang memungkinkan untuk dilihat dengan pengamatan mata, yakni dua derajat.

Bila di bawah ketinggian dua derajat, secara teoritis hilal mustahil diamati dengan mata. Sebaliknya jika lebih dari dua derajat, secara teoritis hilal memungkinkan dilihat dengan mata telanjang.

Jika ada yang melihat hilal dengan metode rukyah, artinya besok adalah hari pertama dalam kalender Hijriah. Namun jika tidak ada yang melihat hilal, itu berarti hari pertama Ramadhan adalah lusa.

Metode kedua yang digunakan untuk melihat hilal adalah wujudul hilal yang umumnya digunakan oleh organisasi masyarakat Muhammadiyah.

Wujudul hilal merupakan metode yang menganggap hilal di atas cakrawala. Patokan ini berarti berapapun ketinggian hilal, meski nol koma sekian derajat, asal sudah di atas cakrawala, berarti malam itu sudah masuk bulan baru dalam kalender Hijriah.

Perbedaan kedua metode inilah yang kadang membuat awal Ramadhan dan Idul Fitri di Indonesia berbeda hari.

Lalu bagaimana jika ada bulan sabit di siang hari?

Melalui blog milik Thomas Djamaluddin, Profesor Riset Astronomi Astrofisika Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), bulan sabit yang diamati pada siang hari dengan menggunakan teleskop tidak menunjukkan pergantian bulan.

"Bulan sabit siang hari bisa menunjukkan bulan sabit tua (sebelum konjungsi, umur < 0 jam), bulan sabit saat konjungsi (umur = 0 jam), atau bulan sabit muda (setelah konjungsi, umur > 0 jam)," tulis Thomas.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com