Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penemuan yang Mengubah Dunia: Buku, Sumber Referensi Pendidikan

Kompas.com - 02/05/2019, 20:54 WIB
Resa Eka Ayu Sartika

Penulis

KOMPAS.com - Hari ini, 2 Mei, selalu diperingati sebagai Hari Pendidikan Nasional (HARDIKNAS) di Indonesia. Salah satu hal yang tidak bisa dilepaskan dalam dunia pendidikan adalah buku.

Buku, sebagai bentuk metode pencatatan menjadikan segala ilmu pengetahuan bisa didokumentasikan. Buku juga menjadi tonggak perkembangan penulisan dan berbagai penemuan lain seperti kertas, tinta, hingga percetakan.

Namun, sebenarnya sejak kapan buku ada?

Merunut pada sejarah, buku yang kita kenal hari ini bermula dari tablet prasasti, gulungan, hingga lembaran papyrus. Selanjutnya, lembaran lontar yang diikat juga muncul sebagai naskah kuno lalu berkembang menjadi buku masa kini.

Baca juga: Studi: Membacakan Buku Cetak Lebih Bermanfaat Bagi Anak Dibanding Ebook

Dalam sejarah panjangnya, salah satu metode dokumentasi tulisan pertama adalah tablet prasasti dari tanah liat. Benda ini digunakan di Mesopotamia pada milenium ke-3 sebelum masehi.

Untuk menulis di atas tablet tanah liat, orang mengukirnya ketika tablet masih basah dan baru saja dibentuk. Selanjutnya, tablet yang sudah diberi tulisan akan dibakar untuk mengeringkannya.

Sama seperti buku-buku saat ini, 20.000 tablet ditemukan sebagai arsip di perpustakaan kerajaan Asyur pada abad ke-7 SM. Hingga abad ke-19, tablet masih digunakan di berbagai belahan dunia.

Namun, bentuk dokumentasi yang mirip kertas pertama kali adalah gulungan. Di Mesir kuno, salah satu format buku pertama adalah gulungan.

Benda ini merupakan naskah yang digulung dan terbuat dari tanaman Papyrus. Sayangnya, bahan dari tanaman papyrus mudah retak dan membuat dokumentasi tulisan rusak.

Tapi menulis di papyrus tak bisa sembarangan. Tulisan yang dicatat pada benda ini adalah tulisan suci.

Ini terbukti dari banyak teks papyrus berasal dari kuburan, tempat doa, hingga pemyimpanan teks suci lainnya. Papyrus sendiri merupakan bukti pertama dari buku-buku kerajaan Mesir kuno.

Sebelum mengenal kertas, orang juga mencatat berbagai hal pada tulang hewan, kerang, kayu, hingga kain sutra. Hal ini lazim dilakukan di China pada abad ke-2 SM.

Kebiasaan ini berhenti ketika kertas mulai ditemukan pada abad pertama masehi. Percetakan buku pertama dimulai sekitar tahun 618 hingga 907 masehi di China.

Buku tertua yang masih ada hingga kini adalah karya berjudul Sutra Intan dari tahun 868 masehi. Karya tersebut dicetak dengan metode balok kayu, yaitu ketika teks yang akan dicetak diukir pada permukaan kayu.

Sayangnya, proses ini memakan waktu lama. Meski demikian hal ini menandai perkembangan percetakan buku di dunia.

Baca juga: Penjelasan LIPI Terkait Pemusnahan Ribuan Buku dan Isu Reorganisasi

Setelah menggunakan balok kayu, orang China juga mencoba menggunakan cetakan tanah liat. Tapi, cetakan ini bisa saja pecah.

Untuk menghindari itu, orang Korea mulai mengembangkan cetakan dari perunggu. Walaupun cara Korea ini dianggap yang terbaik, tapi penyebaran percetakan buku ke dunia dimulai oleh Johannes Gutenberg.

Tahun 1450, Gutenberg menggunakan keterampilan pengerjaan logamnya untuk mendesain mesin cetak yang lebih metodis. Gutenberg Bible adalah buku pertama yang diproduksi massal olehnya tanpa di salin dengan tangan.

Dengan ditemukannya mesin cetak, tingkat melek huruf mulai berkembang. Berbagai buku mulai menjadi referensi pembelajaran lebih lanjut yang populer.

Selanjutnya, buku dicetak sesuai permintaan pasar.

Kini, buku cetak mulai beralih pada format lain yaitu digital. Penggunaan mode digital ini memudahkan akses serta mengurangi penggunaan kertas.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terpopuler

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau