Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Studi Temukan Kaitan Aditif Pangan Propionate dan Resistensi Insulin

Kompas.com - 25/04/2019, 19:33 WIB
Shierine Wangsa Wibawa

Penulis

KOMPAS.com – Sebuah studi awal menemukan kaitan antara propionate dengan resistensi insulin yang dapat meningkatkan risiko diabetes.

Propionate yang mungkin belum dikenal dekat oleh awam merupakan aditif atau tambahan pangan yang umum digunakan untuk mencegah jamuran. Aditif ini dapat ditemukan di berbagai jenis keju, roti dan kue yang dipanggang serta perisa buatan.

Dipublikasikan dalam jurnal Science Translational Medicine, para peneliti pertama-tama mengamati efek propionate pada tikus.

Mereka menemukan bahwa aditif pangan tersebut menyebabkan peningkatan beberapa hormon, termasuk glukagon yang memerintahkan hati untuk melepas gula ke aliran darah, norepinefrin yang mengatur tekanan darah dan meningkatkan kadar gula dalam darah, serta fatty acid-binding protein 4 (FABP4) yang diduga terlibat dalam metabolisme asam lemak.

Perubahan-perubahan hormon ini menyebabkan hiperglikemia atau kadar gula darah tinggi pada tikus.

Baca juga: Diabetes Juga Bisa Terjadi pada Anak, Kenali Gejalanya Sejak Dini

Bila hal itu terdengar mengerikan, efek propionate pada tikus masih belum selesai. Pada eksperimen untuk melihat efek jangka panjangnya, para peneliti memberikan air yang mengandung kadar propionate rendah selama 20 minggu kepada tikus. Hasilnya, tikus-tikus tersebut mengalami kenaikan berat badan dan peningkatan resistensi insulin.

Perlu untuk diketahui, resistensi insulin berarti tubuh tidak merespons hormon insulin yang berfungsi untuk membantu sel menerima gula dengan baik. Resistensi ini dapat menyebabkan hiperglikemia seperti yang terjadi pada pasien diabetes.

Setelah menemukan kaitannya pada tikus, para peneliti kemudian beranjak untuk melakukan studi terhadap 14 orang yang sehat, langsing dan tidak memiliki diabetes.

Para partisipan diberi makanan yang mengandung 1 gram propionate atau setara dengan satu porsi makanan yang diproses atau plasebo. Darah mereka juga diambil sebelum makan dan beberapa kali selama 4 jam setelah makan.

Seminggu kemudian, para peneliti menemukan bahwa partisipan yang mendapat propionate megalami peningkatan hormon seperti yang terjadi pada tikus. Mereka juga mengalami peningkatan insulin dan resistensi insulin bila dibanding dengan partisipan yang mendapat plasebo.

Baca juga: Pasien Diabetes Indonesia Kurang Patuhi Anjuran Medis, Ini Dampaknya

Menariknya, walaupun kedua kelompok mengalami peningkatan gula darah setelah makan, kadar gula darah partisipan yang mendapat propionate ditemukan lebih lama kembali normal.

Untuk semakin menguatkan temuan mereka, para peneliti juga melakukan analisis terpisah pada data yang didapatkan dalam studi penurunan berat badan terhadap 160 orang. Mereka menemukan bahwa orang-orang yang paling banyak mengalami penurunan kadar propionate dalam darahnya adalah orang-orang yang paling banyak mengalami perbaikan resistensi insulin.

Meski demikian, para peneliti menegaskan bahwa temuan mereka hanya menemukan kaitan, bukan hubungan sebab-akibat antara propionate dan diabets. Studi yang lebih besar, melibatkan lebih banyak orang dan dilakukan dalam jangka yang lebih panjang diperlukan untuk mengetahui kejelasannya.

Namun, para peneliti juga menulis bahwa temuan mereka memerlukan perhatian lebih lanjut bila mempertimbangkan penggunaan propionate yang begitu luas.

Still, the findings are concerning given how widely propionate is used, the authors wrote in their paper, published today (April 24) in the journal Science Translational Medicine. They called for more research into the potential metabolic effects of food components like propionate.

“Mengetahui bagaimana bahan makanan mempengaruhi metabolisme tubuh pada tingkat molekuler dan seluler dapat membantu kita mengembangkan pencegahan yang sederhana tapi efektif dalam melawan epidemi obesitas dan diabetes,” ujar penulis studi senior Dr. Gökhan Hotamisligil, profesor genetika dan metabolisme di Harvard T.H. Chan School of Public Health.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com