KOMPAS.com – Sama seperti lebah dan tawon, masih banyak orang Indonesia yang bingung akan perbedaan katak dan kodok. Hal ini wajar saja karena kedua amfibi memiliki penampakan yang hampir mirip, dan dalam bahasa awam, penggunaan kata “katak” dan “kodok” sering digunakan secara bergantian.
Kebingungan ini diutarakan oleh Sinom April Sudrajat, seorang pembaca Kompas.com dalam komentar terhadap unggahan artikel Katak Raksasa sampai Orangutan Tapanuli, 5 Bukti Kekayaan Indonesia yang diunggah ke Facebook resmi Kompas.com. Berikut pertanyaannya:
“Min, saya mau tanya, katak sama kodok itu beda apa sama sih. Tolong min kasih persamaan dan perbedaannya. Thx.”
Untuk menjawab pertanyaan Sinom, Kompas.com pun menghubungi peneliti reptil dan amfibi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Amir Hamidy.
Baca juga: Katak Raksasa sampai Orangutan Tapanuli, 5 Bukti Kekayaan Indonesia
Melalui wawancara via telepon pada Rabu (24/4/2019), Amir menjelaskan bahwa kata “katak” dan “kodok” diadopsi dari istilah bahasa Inggris yaitu “frogs” dan ”toads”.
“’Frogs’ mengacu pada suku Ranidae yang berkulit mulus dan loncatannya jauh, sedangkan ‘toads’ mengacu pada suku Bufonidae yang berkulit kasar dan lompatannya pendek,” katanya.
Meski demikian, bukan berarti semua katak dan kodok di Indonesia adalah Ranidae dan Bufonidae. Di Inggris, memang hanya ada dua suku itu saja. Namun, Indonesia begitu kaya dan memiliki banyak suku dari ordo Anura, termasuk Dicroglossidae yang menaungi katak sebesar ayam di Enrekang (Limnonectes grunniens).
Di Indonesia, penggunaan istilah ”kodok” digunakan untuk grup yang lebih dekat dengan Bufonidae, sedangkan “katak” untuk grup yang lebih dekat dengan Ranidae, Microhylidae dan Racophoridae.
Amir sekaligus menepis anggapan bahwa katak hidup di air, sedangkan kodok hidup di darat. Menurut dia, habitat tidak menentukan jenisnya. Ada fase berudu pada keduanya ketika mereka bernapas menggunakan insang sehingga habitatnya adalah air.
“Namun, katak dan kodok juga bernapas menggunakan kulit, sehingga pasti sekering-kering apapun pasti ia juga butuh lembap untuk bernapas,” katanya.
Hanya ada satu spesies di Indonesia yang benar-benar murni akuatik atau hidup dalam air, yaitu Barbourula kalimantanensis atau katak tak berparu. Ketika dewasa pun, katak ini tidak memiliki paru-paru sehingga ia lebih banyak bernapas dengan kulit di dalam air.
Punya pertanyaan terkait kesehatan dan sains yang membuat Anda penasaran? Kirimkan pertanyaan Anda ke haloprof17@gmail.com untuk dijawab oleh ahlinya