Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

“Wedhus Gembel” Turun Gunung Begitu Cepat, Apa Rahasianya?

Kompas.com - 09/04/2019, 17:00 WIB
Julio Subagio,
Yunanto Wiji Utomo

Tim Redaksi

Sumber Nature

KOMPAS.com –Wedhus gembel” - istilah lokal warga di sekitar Gunung Merapi untuk menyebut awan guguran panas (pyroclastic flow) - seringkali menyertai letusan gunung berapi.

Awan panas yang terdiri dari campuran batuan, debu, dan gas panas ini sangat berbahaya, sanggup melibas apapun yang berada di sekitar jalur yang dilewatinya.

Salah satu alasan mengapa awan panas ini begitu mematikan adalah kecepatannya, yang sanggup menempuh ratusan kilometer dalam hitungan jam, serta memiliki suhu sangat tinggi sehingga mampu membunuh mahluk apapun seketika.

Awan ini bergerak dengan sangat cepat meski membawa material yang begitu masif.

Para ilmuwan bertanya-tanya, bagaimana bisa awan panas dapat mengalir lancar seperti cairan, tanpa dipengaruhi oleh gaya gesek yang ditimbulkan oleh material vulkanik yang dibawanya?

Riset yang dipublikasikan di jurnal Nature Geoscience pada Selasa (9/4/2019) agaknya dapat membantu kita memahami jawabannya.

Lewat riset itu, Profesor Gert Lube dari University of Massey bersama rekannya mencampur material vulkanik dan gas panas, lalu membiarkannya melewati jalur turunan, meniru proses awan panas menuruni lereng gunung.

Jalur turunan buatan ini dibatasi oleh dinding kaca tahan panas di bagian sisinya, sehingga aliran awan panas tiruan ini dapat dimonitor oleh para peneliti.

Lewat proses ini, terungkap bahwa awan panas tiruan ini terpisah menjadi dua fase, debu awan di bagian atas dan partikel material padat di bawah.

Lewat eksperimen, peneliti mengungkap bahwa bagian dasar awan panas terdiri atas lapisan gas tipis yang berperan sebagai pelumas, memuluskan jalan material vulkanik dengan cara mengurangi gaya gesek.

Temuan baru ini diharapkan dapat membantu para vulkanolog memahami mekanisme di balik awan panas ini serta menghasilkan prediksi yang lebih akurat jika terjadi letusan di kemudian hari.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber Nature


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com