Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tak Cuma Garam, Minuman Manis Juga Terbukti Picu Risiko Kematian Dini

Kompas.com - 08/04/2019, 11:30 WIB
Gloria Setyvani Putri

Editor


KOMPAS.com - Penelitian yang diterbitkan oleh T.H. Chan School of Public Health Universitas Harvard bulan lalu, yang menganalisis data dari 37 ribu laki-laki dan 80 ribu perempuan selama 30 tahun, menemukan bahwa semakin banyak minuman bergula yang dikonsumsi seseorang, semakin besar pula risiko kematian dini bagi orang tersebut.

"Dibandingkan dengan orang yang minum kurang dari satu minuman manis per bulan, meminum minuman manis satu sampai empat porsi sebulan meningkatkan risiko kematian dini sebanyak satu persen," kata Vasanti Malik, ilmuwan dari Harvard's Department of Nutrition dan penulis utama pada penelitian tersebut.

Sementara itu, minum dua sampai enam gelas minuman manis per minggu akan meningkatkan risiko kematian sebesar enam persen.

Satu sampai dua gelas minuman manis per hari, risikonya meningkat 14 persen. Sedangkan untuk dua atau lebih per hari, risikonya meningkat 21 persen.

Baca juga: Studi: Satu dari Lima Kematian di Dunia Akibat Makanan Tak Sehat

Konsumsi global

Penelitian ini menemukan bahwa secara khusus minuman manis punya hubungan kuat dengan risiko kematian dini akibat penyakit kardiovaskuler, dan "hubungan ringan" dengan beberapa tipe kanker.

Berita ini cukup mengkhawatirkan karena konsumsi global minuman ringan sedang mengalami peningkatan.

Data dari lembaga riset pasar Euromonitor International memperlihatkan bahwa konsumsi rata-rata global per kapita minuman ringan bisa mencapai 91,9 liter di tahun 2018, meningkat dari 84,1 liter pada lima tahun lalu.

Para peneliti di Harvard menyoroti bahwa minuman ringan diet lebih kecil risikonya, tetapi jumlah konsumsi minuman jenis ini sedikit sekali di pasar minuman ringan dunia. Konsumsi per kapita global minuman ringan diet adalah 3,1 liter per tahun.

Negara mana yang paling berisiko?

Berdasarkan euromonito International, negara paling berisiko adalah China karena rata-rata konsumsi minuman ringan di negeri tirai bambu itu lebih dari satu liter per hari.

Kemudian disusul oleh Amerika Serikat, Spanyol, Arab Saudi, dan Argentina.

Indonesia sendiri tidak ada dalam dafar sepuluh besar negara paling berisiko akibat minuman manis. Meski begitu, kita tetap harus waspada.

Klasifikasi minuman ringan cukup luas dan mencakup, misalnya, air dalam kemasan.
Namun angka dari perusahaan analis data, Global Data, memperlihatkan konsumsi air kemasan di China pada tahun 2017 hanya 30,8 liter per tahun, sedangkan minuman ringan 410 liter per tahun.

Hitungan kalori

Pada tahun 2015, sebuah laporan yang terbit di jurnal medis The Lancet menemukan bahwa orang Amerika memperoleh rata-rata asupan 157 kalori dari minuman manis, jumlah ini sedikit di atas satu kaleng minuman kola per hari.

Satu kaleng Coca-Cola 330 mililiter, menurut situs web perusahaan itu, mengandung 35 gram gula, atau kira-kira sebanyak tujuh sendok.

Padahal, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyarankan konsumsi gula harian tidak lebih dari 50 gram.

Namun Amerika bahkan bukan yang terburuk menurut laporan The Lancet di atas.

Rata-rata asupan per kapita di Chile adalah 188 kalori per hari dari minuman manis, sekalipun angka itu adalah angka sebelum mereka memberlakukan pajak gula.

Sesudah pajak gula diterapkan, konsumsi minuman manis bulanan di Chile turun hingga 21 persen.

Hampir 30 negara di seluruh dunia memiliki semacam pajak untuk minuman manis.

Inilah mengapa temuan Malik dari Harvard tersebut dapaRata-rata asupan per kapita di Chile adalah 188 kalori per hari dari minuman manis, sekalipun angka itu adalah angka sebelum mereka memberlakukan pajak gula. Sesudah pajak gula diterapkan, konsumsi minuman manis bulanan di Chile turun hingga 21 persen.

Hampir 30 negara di seluruh dunia memiliki semacam pajak untuk minuman manis. Inilah mengapa temuan Malik dari Harvard tersebut dapat menjadi landasan bagi banyak negara untuk menerapkan kebijakan yang lebih ketat.

"Hasil ini menyediakan dukungan tambahan bagi kebijakan untuk membatasi penjualan minuman manis bagi anak-anak dan remaja, serta menerapkan pajak pada minuman bersoda. Saat ini harga minuman manis tidak memasukkan biaya perawatan kesehatan yang tinggi yang muncul dari akibat-akibatnya," kata Walter Willett, profesor epidemiologi dan nutrisi di Universitas Harvard.

Baca juga: Konsumsi Soda dan Minuman Berenergi Tingkatkan Risiko Kematian Dini

Salah satu kekhawatiran pihak yang berwenang di bidang kesehatan adalah dampak minuman manis pada anak-anak dan remaja.

Menurut WHO, angka obesitas di kelompok umur 5 sampai 19 tahun mengalamo peningkatan dari 11 juta di tahun 1975 ke 124 juta pada tahun 2016.

Namun sebagaimana diindikasikan oleh penelitian terbaru ini, meminum minuman manis berlebihan bisa punya dampak yang lebih berbahaya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau