"Menjelang oposisi terjadi, perubahan posisi Jupiter mulai melambat untuk kemudian seakan berhenti (stasioner), lalu berbalik arah ke barat hingga oposisi terjadi. Selepas oposisi, Jupiter masih berubah posisi ke arah barat dari hari ke hari namun kian melambat hingga kembali seakan berhenti (stasioner) untuk kemudian berbalik menjadi berubah posisi kembali ke arah timur," tambahnya.
Perubahan posisi Jupiter dengan seakan berbalik arah ke barat dari hari ke hari menjelang dan pasca oposisi inilah yang merupakan gerak retrograde semu.
Efek Pada Bumi
Marufin menuturkan bahwa tidak ada efek secara langsung bagi bumi dengan fenomena retrograde semu Jupiter pada 10 April mendatang.
"Gerak retrograde semu bukanlah gerak yang sesungguhnya. Ini hanyalah efek visual akibat gerak relatif Bumi dan planet-planet dalam mengelilingi Matahari dengan kecepatan geraknya masing-masing yang berbeda-beda," kata Marufin.
"Sehingga tidak ada dampak secara fisik terhadap Bumi.
Dampak yang terjadi lebih pada aspek kultural," sambungnya.
Baca juga: Astronom Jepang Mengaku Temukan Lubang Hitam Seukuran Jupiter
Sempat Membingungkan Galileo Galilei
Meski begitu, dia mengisahkan gerak "berbalik arah" Jupiter ini sempat membingungkan Galileo Galilei. Marufin menyebut sebenarnya Galileo adalah orang pertama yang menemukan Neptunus pada Desember 1612 .
Saat itu, Galileo hanya menggunakan teleskop panggungnya yang kecil.
"Pada Desember 1612 dan Januari 1613 Galileo Galilei mensketsa posisi Jupiter dan (yang dianggap) bintang-bintang tetap di latar belakangnya. Satu bintang yang digambar Galileo sesungguhnya adalah Neptunus, yang kedudukannya saat itu berdekatan dengan Jupiter," kisah Marufin.
"Namun Galileo gagal mengidentifikasi Neptunus, karena Neptunus saat itu sedang berkedudukan stasioner di langit karena sedang menjalani awal gerak retrograde semunya," imbuhnya.
Ini membuat dalam dua sketsa Galileo yang berselisih waktu sebulan itu, posisi bintang tetap yang adalah Neptunus relatif tak bergeser terhadap Jupiter.
"Butuh waktu hampir dua setengah abad kemudian, setelah diselingi penemuan Uranus dan gerak orbitalnya yang anomalik, sebelum Neptunus kembali dilihat dan diidentifikasi sebagai planet," tegas Marufin.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.