Pertama, kuatnya stigma bahwa penderita penyakit jiwa tidak mampu bekerja dan berkarya. Perusahaan sering merasa ragu mempekerjakan penderita yang menyandang penyakit jiwa karena takut akan mendapat masalah hukum, mengalami kerugian ekonomi, atau harus mengatasi performa buruk.
Keluarga juga sering memberikan bantuan yang berlebihan yang akhirnya menyebabkan penderita semakin tergantung pada orang lain. Contohnya, penderita sering dibebaskan dari tanggung jawab keseharian seperti memasak, mencuci, atau bekerja.
Tentu ada waktunya ketika memberikan dukungan secara emosional akan berpengaruh positif bagi keluarga yang menderita penyakit jiwa. Namun jika keluarga terlalu sering mengambil-alih tanggung jawab, membiarkan si penderita menghindari banyak hal dalam hidup, akan sulit bagi penderita untuk belajar menghadapi stres dalam kehidupan sehari-hari.
Berbagai penelitian menunjukan bahwa memberikan bantuan yang berlebihan (disebut “symptoms accomodation”) justru membuat penderita semakin sulit mengatasi penyakit jiwa, seperti masalah depresi dan cemas.
Intervensi untuk mendapatkan pekerjaan
Faktor lain yang perlu kita pahami adalah jarangnya intervensi kesehatan jiwa yang fokus untuk membantu penderita mendapat pekerjaan. Kebanyakan dari psikoterapi dan layanan psikiatri hanya fokus pada penurunan gejala penyakit jiwa.
Contohnya, pelayanan biasanya bertujuan mengurangi cemas atau mengubah cara berpikir penderita supaya tidak lagi merasa depresi. Jarang ditemukan intervensi yang juga membantu penderita untuk menjalani kehidupan yang sehat dan produktif setelah gejala penyakit jiwa teratasi.
Lebih jarang lagi, adanya kolaborasi antara pelayanan kesehatan jiwa dan program kejuruan yang bertujuan untuk membantu penderita mendapat dan menjalani pekerjaan dengan baik.
Salah satu gebrakan yang menggabungkan pelayanan kesehatan jiwa dan program kejuruan adalah Individual Placement and Support (IPS)–yang dikembangkan oleh Gary Bond dan Robert Drake di Dartmouth University, Amerika Serikat.
Berbagai penelitian menunjukan bahwa IPS membantu penderita penyakit jiwa mendapatkan pekerjaan, meningkatkan kepercayaan diri, menambah pemasukan, dan meningkatkan kualitas hidup secara keseluruhan.
IPS telah disebarkan di berbagai negara termasuk Amerika Serikat, Selandia Baru, Spanyol, Belanda, dan Kanada. IPS didasari delapan prinsip:
Di program yang saya bangun, psikolog dan psikiater bekerja sama dengan employment specialist (terapis yang membantu pasien untuk mencari pekerjaan) yang memberikan IPS untuk membantu pasien mencapai penyembuhan secara keseluruhan. IPS diberikan siring dengan pelayanan jiwa berbasis riset seperti Cognitive Behavioral Therapy di program ini.
Kami tidak hanya fokus pada penurunan gejala penyakit jiwa–seperti psikosis, cemas dan depresi–tapi juga membantu pasien untuk mulai olah raga, makan sehat, tidur secara teratur, mengerjakan pekerjaan rumah tangga, membangun hubungan dengan keluarga, menjadi sukarelawan, dan mulai bekerja.
Pasien didukung untuk melamar pekerjaan sesegera mungkin setelah mereka masuk ke program kami.
Rochester, lokasi layanan program IPS yang kami ujicobakan, merupakan kota kecil di Amerika yang sedang berkembang dengan pesat. Bisnis lokal baru banyak bermunculan. Ini memberikan pasien kami kesempatan untuk bekerja di berbagai bisnis lokal seperti kafe, toko buku, perpustakaan, toko kue, dan berbagai bisnis lokal lainnya.